Alif memutuskan untuk tidur ketika ketua kelasnya mengumumkan bahwa jam terakhir pelajaran kosong. Walaupun mereka harus berada di dalam kelas dan tidak boleh pulang, tapi lebih baik seperti ini setidaknya Alif bisa mengistirahatkan matanya sejenak. Tidak butuh waktu lama untuk Alif tidur nyenyak.
Rian yang sedari tadi asik mengobrol hanya melirik sekilas ke arah Alif yang sudah tertidur. Membiarkan temannya itu terlelap dan kembali asik mengobrol dengan yang lain.
Namun tiba-tiba mata Rian beralih kearah Rama dan tertegun sejenak. Ketika menangkap pandangan Rama yang tertuju pada Alif. Tatapan yang---entahlah. Rian sendiri tidak begitu yakin bisa menebaknya dengan tepat.
Inilah yang masih terasa janggal dan aneh. Rian sendiri masih bertanya-tanya ada hubungan atau kaitan apa antara Alif dan Rama. Ada sesuatu yang sulit untuk ditebak. Sulit untuk diterka.
Tatapan Rama beradu dengan mata Rian. Hanya beberapa detik Rama kembali membuang muka. Ada sedikit kegelisahan yang Rian tangkap dari bola mata itu. Ini pasti ada hubungannya dengan Alif. Entah mereka ada masalah atau tidak, Rian tidak tau.
Saat ini Rian hanya menduga-duga seperti biasanya. Ia akan menunggu saat dimana Alif yang akan bercerita padanya tanpa diminta.
***********
Alif tiba dirumahnya dan seperti biasa. Sepi. Hening. Tidak ada yang sambutan hangat atau layaknya rumah berpenghuni pada umumnya. Dan Mbok Minah tidak terlihat batang hidungnya. Mungkin wanita paruh baya itu sedang beristirahat.
Alif hanya menghela nafas tajam. Setelah melepas sepatu dan kaos kakinya Alif bergegas menuju kamarnya. Melemparkan tasnya dan membanting tubuh lelahnya ke kasur empuk yang selalu dirindukan Alif.
Mencoba memejamkan mata namun ketika kegelapan menyambutnya lagi-lagi bayangan gadis mungil itu menghampirinya. Alif membuka matanya lalu menutupnya kembali dengan perlahan. Bayangan pipi merona Aby disertai raut wajah yang tersipu saat siang kemarin di kelas, melintas dalam benaknya.
Sejenak Alif menikmati waktunya sekarang. Membayangkan wajah mungil itu selalu dapat mengukir senyuman dibibirnya. Dengan membayangkannya saja dapat membuat Alif merasa berada didekat Aby.
Beberapa menit kemudian Alif bangun dari tidurnya dan terduduk. Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa ia selalu memikirkan Aby disaat otaknya sedang kacau balau sekalipun. Kenapa bayangan gadis itu yang selalu muncul di benaknya? Alif menggaruk kepalanya dengan gusar walaupun tidak gatal.
Setelahnya Alif memilih bangkit dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kakinya tepat di depan jendela kamarnya. Menatap senja di sore hari yang terlihat begitu indah. Posisi kamarnya sangat pas untuk menikmati sinar jingga seperti saat ini.
Bibir yang biasanya selalu kaku untuk tersenyum itu kini tidak lagi segan mengukir tipis. Tersenyum hangat menatap warna jingga itu diantara langit biru yang akan kembali ke peraduannya. Ada rasa kenyamanan tersendiri menikmati saat-saat seperti ini.
Alif meraba dadanya. Meletakkan telapak tangannya tepat di jantungnya yang kini berdetak dengan cepat. Debaran aneh yang pertama kalinya ia rasakan selama ia hidup didunia ini.
Bibirnya lagi-lagi tersenyum ketika bayangan sosok gadis itu kembali melintas di pikirannya dan membuat jantung itu bekerja lebih keras.
Alif mendengus kecil. Ia tidak terlalu bodoh untuk menyadari perasaanya. Walaupun ini yang pertama kalinya, setidaknya Alif pernah merasakan sensasi seperti ini walaupun berbeda situasi.
Rasa nyaman yang dengan berani menelusup dalam dirinya ketika berada didekatnya. Atau bahkan ikut merasa senang hanya melihat dia tersenyum bahagia. Selama ini Alif tidak pernah merasa senyaman ini berteman dengan seorang gadis. Atau merasa bahagia hanya sebuah senyuman. Apalagi anak baru seperti Aby. Entah ada daya tarik tersendiri pada gadis itu yang membuat Alif terpikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
Teen FictionAlif Victor Fernando, cowok pemilik gelar sang trouble maker karena seringnya membuat masalah. Pencipta huru-hara dan dimana pun dia berada. Wajah yang lebih dari kata tampan itu selalu dipuja kaum hawa seantero sekolah. Abyana Citra Wijaya, gadis m...