Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Bisa di lihat dari pintu kelasnya yang terbuka para siswa-siswi berhamburan keluar. Namun berbeda dengan kelasnya yang masih penuh dan tidak ada yang keluar satu orang pun.
Aby mengutuk dalam hati melihat Pak Selo guru Biologi-nya yang masih menjelaskan materinya dengan santai tanpa menghiraukan anak muridnya yang sudah kasak-kusuk. Mungkin sesuai dengan namanya Selo yang berarti 'santai'.
Beginilah nasib mereka jika sudah Pak Selo yang mengajar, jam terakhir pula, beliau akan memakan sedikit waktu pulang untuk meneruskan materi yang kata sisa 'sedikit' itu setidaknya lima sampai sepuluh menit.
Teman-teman sekelasnya sudah seperti cacing kepanasan menunggu waktu pulang sedari tadi. Begitu juga dengan Kiara yang kini sudah berkemas. Tasnya sudah berada di punggungnya dengan posisi lengan yang dilipat rapi di atas meja. Persis seperti anak SD yang bersiap-siap untul pulang sekolah.
Walaupun dalam hati ia sudah dongkol setengah mati pada Pak Selo, Aby tidak mampu menahan tawanya melihat tingkah Kiara. "Lo kek anak kecil tau gak. Ngingetin gue pas jaman SD dulu. "
Kiara ikut terkekeh juga. "Daripada dengerin Pak Selo mendingan gue siap-siap yekan?"
"Nyatet dulu Ra. Gak liat lo papan tulis udah penuh dengan tulisan yang udah kek dokter itu?" walau pun rasanya malas Aby tetap melanjutkan catatannya yang sisa sedikit.
"Seharusnya Pak Selo jadi dokter aja daripada jadi guru kena sumpah murid setiap hari." Kiara terkekeh lagi.
"Hushh! Nyatet aja dulu. Kali aja ntar diperiksa, mampus lo! Gue ogah nungguin ya."
"Males ah. Dibuku juga ada buat apaan nyatet lagi. Percuma juga gue catet, gak ngerti-ngerti." sungut Kiara.
"Pantes aja bego, nyatet aja males." cibir Aby.
"Miror pleaseee!" balas Kiara dengan suara melengking membuat perhatian teman sekelasnya kini tertuju pada mereka berdua termasuk juga Pak Selo.
Kiara terkekeh gaje ketika mendapati tatapan Pak Selo yang tertuju padanya. Karena merasa konsentrasinya terganggu ditambah para siswa yang sudah sibuk berkemas, Pak Selo mengakhiri pelajaran hari ini.
Berterima kasihlah pada Kiara. "Thank you so much babe. Jadi makin cinta." ujar Hasbi tersenyum jahil sambil berlalu.
Kiara yang melihat kedipan mata genit itu hanya memutar bola matanya bosan. Dasar playboy cap gorila.
"By gue duluan ya. Pasti udah ditungguin dari tadi nih." pamit Kiara Buru-buru sambil melirik jam tangannya.
"Jadi udah ditungguin Hasbi nih? Haha tenang Hasbi jago kok dalam hal tunggu-menunggu. Okey hati-hati."
"Yakali ditungguin Hasbi ngaco lo."
Aby tertawa sambil mengemasi buku-bukunya yang berantakan diatas meja lalu memasukkannya kedalam tas.
"Lo juga hati-hati. Kalo ada apa-apa jangan lupa telpon gue okey? See ya." tanpa menunggu jawaban Aby lagi Kiara sudah ngacir keluar kelas.
"Dasar!" Aby hanya terkekeh melihat tingkah ajaib sohibnya itu.
Setelah di rasanya tidak ada lagi yang tertinggal Aby berlalu keluar kelas. Koridor sudah sepi karena bel sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu.
Aby mendengus tajam lalu melangkahkan kakinya menuju halte yang berjarak tidak terlalu jauh dari sekolahnya.
Sesampainya di halte Aby mendudukan tubuhnya pada kursi panjang yang berada disana. Tidak ada satu orangpun di halte ini selain dirinya. Ahh Aby menyesal kenapa hari ini ia tidak membawa mobilnya. Andai saja ia membawa kendaraan ia tidak harus menunggu taksi disini sendirian pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
Teen FictionAlif Victor Fernando, cowok pemilik gelar sang trouble maker karena seringnya membuat masalah. Pencipta huru-hara dan dimana pun dia berada. Wajah yang lebih dari kata tampan itu selalu dipuja kaum hawa seantero sekolah. Abyana Citra Wijaya, gadis m...