Kelebihanmu yang tak bisa dilakukan orang lain adalah membuat hatiku berdebar cepat.Sejak tadi wajah Shely terus saja memasang raut kusut dan masam. Bagaimana tidak, sedari tadi yang dilakukan Nila hanya terus-terusan menggodanya perihal hasil tes kemarin yang menurut teorinya, Surya betul menyukainya. Sejak kejadian itu pula Nila tak henti-hentinya mengusili Shely dengan terus saja menyebut-nyebut nama Surya dengan sorot jail penuh makna, tahu betul bagaimana membuat Shely kesal setengah mati.
"Udah deh Nil! Gabut banget sih gangguin aku mulu. Enggak capek apa ngoceh mulu?"
"Capek mana coba? Lebih capek aku yang ngoceh atau kamu yang nungguin Surya?" pancing Nila lagi, membuat Shely mengembuskan napas kasar lalu membuang tatapan tak terima pada Nila.
"Siapa bilang aku nungguin Surya?"
Nila mendengus pelan. "Enggak usah bohong lagi deh. Denger yah, Shel! Aku ini punya kemampuan kayak cenayang. Jadi mau kamu enggak cerita, aku udah tahu kok apa yang sebenernya ada dalam lubuk hati kamu," ujarnya tenang seolah yang ia katakan tadi benar adanya.
Shely menyipitkan matanya melirik Nila sinis. "Sotoy deh!"
"Sotoy tapi bener, 'kan?" tanya Nila menyeringai jail, membuat Shely seketika berdecak.
"Apaan sih!"
"Bener, 'kan? Bener, 'kan? Ngaku aja deh," goda Nila, masih tak menyerah.
"Enggak bener, enggak bener, enggak bener. Puas?"
"Lah, kok jadi ngegas gitu?" Sekali lagi Nila mengulum senyum penuh makna. "Santai ajalah, Shel. Cinta kamu enggak bertepuk sebelah tangan kok. Buktinya kemarin kita udah ngetes dia dan hasilnya positif, 'kan?"
Shely mengernyit ketus. "Positif? Positif dari mananya coba. Kamu tahu enggak? Gara-gara ide konyol kemarin itu, Surya malah jadi bolak-balik ke kamar mandi gara-gara sakit perut. Kasihan, 'kan? Karena ulah kita orang yang enggak bersalah malah jadi korban."
Bukannya ikut merasa bersalah, seringai jail Nila malah kian mengembang lebar. "Cie, perhatian banget sih sama Surya, jadi iri deh," guraunya, sengaja memasang raut sedih dibuat-buat.
"Dibilangin yang bener malah gitu," geram Shely, mulai kehabisan kata-kata.
"Bukannya gitu Shel, kamu bilang Surya itu enggak salah, 'kan? Justru dalam hal ini dia biang masalahnya. Kalau seandainya dia ngasih kamu kepastian dan enggak buat kita jadi penasaran kayak gini, kita juga enggak bakal mungkin 'kan ngelakuin hal-hal enggak guna kayak kemarin."
Shely menghela napas pasrah, bingung harus menanggapi apa lagi, karena jika berdebat soal perasaan maka Nila selalu saja memiliki jawaban-jawaban jitu yang selalu saja membuatnya tak lagi mampu berkutik. "Serah kamu deh," sahutnya tak mau lagi ambil pusing.
***
Baru saja Shely memegang hendel pintu untuk membukanya, namun gerakannya terhenti seketika begitu Surya memanggil namanya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Surya yang entah dari mana tiba-tiba saja berdiri tepat di belakang Shely.
Shely menoleh malas. "Sibuk banget sih jadi orang! Bukan urusan kamu aku mau ke mana," sahutnya tak acuh lalu cepat-cepat membuka pintu tanpa memedulikan Surya yang masih saja berdiri di tempatnya.
"Eh, tunggu dulu!" pinta Surya, mempercepat langkahnya hingga kini jalannya beriringan tepat di samping Shely. "Aku ikut yah!" pintanya lagi diiringi simpul senyum.
"Apaan sih! Kayak bocah aja deh pengen ikut-ikut. Enggak usah ikut deh, lagian aku cuma mau pergi print tugas aku yang deket sini kok, yang pernah kamu tunjukin ke aku. Biarpun aku enggak pernah ke sana sendiri. Tapi, aku bisa sendiri kok. Kamu enggak usah khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Knowing You [Terbit]
Teen FictionTelah diterbitkan di penerbit Solis Publisher "Bukankah perasaan bisa mendekatkan dua orang yang asing? Namun, mengapa kini perasaan malah mengasingkan dua orang yang telah dekat?" Shely dan Surya adalah dua remaja yang tak pernah mengenal cinta. Na...