Kau mencintaiku? Sudahlah, mungkin itu hanya sebuah angan-angan terindahku saja."Surya bangun! Ih, bangun, Sur! Dasar mayat hidup!" ketus Shely setengah berteriak, namun tak kunjung membuat Surya bergerak dari tempatnya barang sedikit.
Shely mendengus frustrasi menatap Surya yang masih saja terlelap begitu pulas dengan mulut yang menganga lebar. Tak punya banyak waktu, ia mengguncang hebat lengan Surya keras-keras. "Surya, bangun! Hari ini upacara, kita enggak boleh telat!"
Surya belum juga bangun. Shely menghirup napas dalam-dalam, berusaha bersabar. Sudah jadi rutinitasnya membangunkan Surya di tiap paginya guna berangkat sekolah bersama. Dan meskipun sudah mulai terbiasa, namun rutinitas ini tetap saja berat dirasanya. Bagaimana tidak, jika yang dibangunkan itu lebih mirip benda mati jika sudah terlanjur lelap dalam pulasnya.
Tak habis akal, Shely melangkah gusar menuju dapur dan lekas-lekas kembali ke kamar Surya dengan membawa segelas air penuh di tangannya. Perlahan namun pasti, Shely memiringkan gelasnya, membuat tetes demi tetes bulir air itu mulai menjatuhkan diri dari wadahnya hingga mengenai wajah Surya tepat. Senyum Shely mengembang seketika begitu raut Surya mulai tampak terganggu.
Mata Surya terbuka paksa, begitu dingin air yang menusuk tajam ke dalam pori-porinya. Dengan wajah gusar ia mengucek kedua matanya seraya menghela napas kasar. "Jangan gitu dong, Shel! Aku lagi flu nih. Aku sensitif kalau kena air dingin kayak gini."
"Oh, jadi maunya tadi siraminnya pake air panas nih? Siapa tahu aja 'kan flu kamu bisa langsung sembuh," sahut Shely menyeringai samar, membuat Surya bergidik agak ngeri.
"Dasar psikopat aneh!" Hening. Satu kata yang seketika melintas di benaknya begitu ia mengamati jelas suara di sekitarnya. "Shel, ini masih jam berapa sih sebenernya?"
"Punya mata 'kan? Lihat aja sendiri jam berapa," sahut Shely agak ketus.
"Sangar banget sih jadi cewek," umpatnya seraya menyipitkan matanya menatap teliti arah jarum jam di depannya. "Ya ampun Shel, ini baru jam setengah enam, 'kan? Terus kamu udah siap kayak gini? Kamu mau nemenin Pak satpam jaga sekolah apa?"
"Enggak usah banyak omong deh, kamu tuh kalau di kamar mandi aja mandinya sampe setengah jam. Emangnya luluran dulu sebelum ke sekolah?" sahut Shely tak mau kalah.
"Enak aja. Aku kasih tahu yah Shel, datang telat itu lebih seru tahu daripada datang pagi. Kamu enggak tahu 'kan gimana deg-degannya kalau kita datang telat? Gimana paniknya kalau pas bangun ternyata udah jam tujuh, gimana rasanya cuma cuci muka ke sekolah karena udah buru-buru, kamu enggak tahu 'kan sensasinya kayak gimana? Asik tahu."
"Pergi ke sekolah cuma cuci muka doang dibilang asik?" Shely tertawa mengejek. "Jorok bener sih. Denger yah, Sur! Disiplin itu penting kita tanamin dalam diri kita selagi kita masih muda. Kalau masih muda aja udah enggak disiplin, gimana nanti pas udah gede? Mau jadi apa negara kita nanti kalau generasi penerusnya aja pada enggak disiplin?"
Surya bergeming menatap Shely, pura-pura terpukau. "Ikut lomba pidato gih sana! Juara deh, pasti."
Shely mendengus kasar. "Dibilangin malah gitu yah? Udah sana buruan mandi!" geramnya memekik lantang, membuat Surya cepat-cepat bangkit dari kasurnya.
***
Cepat-cepat Shely meneguk segelas teh hangatnya sampai habis begitu melihat Surya yang telah rapi dengan seragam putih abu-abunya. Surya dan seragam. Mengapa dua hal itu bisa menjadi perpaduan yang begitu pas.
"Yuk!" ajak Surya tanpa basa-basi, terus berjalan ke depan tanpa menoleh.
"Enggak sarapan dulu nih?" tawar Shely yang seketika membuat langkah Surya mendadak terhenti begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knowing You [Terbit]
Ficção AdolescenteTelah diterbitkan di penerbit Solis Publisher "Bukankah perasaan bisa mendekatkan dua orang yang asing? Namun, mengapa kini perasaan malah mengasingkan dua orang yang telah dekat?" Shely dan Surya adalah dua remaja yang tak pernah mengenal cinta. Na...