"Aku bersumpah akan melindungi, menjaga rakyatku, kerajaanku, permaisuriku hingga ajal menjemputku." sumpah Kerajaan telah diucapkan dengan lantang oleh Pangeran Arashi didepan rakyatnya yang berkumpul.
Menteri serta anggota inti kerajaan lainnya turut datang, perwakilan dari negara tetangga pun ikut serta demi melihat penurunan tahta Kaisar Yuan dan kini berganti menjadi Kaisar Arashi. Acara ini juga sekaligus pengangkatan resmi permaisuri, banyak yang bertanya-tanya darimanakah Hana berasal. Gadis cantik yang tiba-tiba berdiri dengan pakaian berat disertai aksesoris yang tak kalah beratnya kini berdiri dengan angkuh disamping Kaisar Arashi. Pakaian merah senada dengan Kaisar Arashi adalah pilihan dari para pelayan dan kepala pelayan yang turut membantu dalam mepersiapkan Hana.
Persiapan acara hanya berlangsung sekitar 3 minggu, mewah dan elegan adalah prioritas utama malam ini. Kerajaan sangat terang benderang dengan festival baik didalam kerajaan maupun diluar kerajaan. Biasanya rakyat yang tidak boleh memasukki Istana akan diberikkan hadiah yang begitu banyak, sehingga mereka bisa merayakannya masing-masing.
Lentera yang beratus-ratus atau bahkan sampai ribuan berjejer rapih diberbagai tempat hingga malam pun tak terasa menyeramkan dan gelap, malam bahagia itu pun ditutup dengan tarian terlatih dari anggota kerajaan menimbulkan hirup pikuk yang semakin ramai dari waktu ke waktu.
Bahagia? Tidak, Hana sama sekali tidak menikmati pesta besar nan mewah itu. Beberapa pasang mata dijatuhkan padanya, namun ia sama sekali tidak tertarik untuk sekedar membalasnya. Ucapan Pangeran yang kini sah sudah menjadi Kaisar itu masih terngiang jelas dikepalanya kala dalam perjalanan pulang.
"Kau menyesal? Merasa dunia tidak adil padamu." Pangeran Arashi berkat dingin, memperhatikan wajah Hana dari samping yang terdiam sedari tadi, tanpa niat hendak membuka mulut.
"Saya hanya merasa kecil." sahut Hana dengan suara serak, matanya sembap menandakan bahwa gadis itu menangis semalaman tanpa henti. Bahkan kunjungan Raja dipercepat untuk melaksanakan sumpah janji pernikahan.
"Kau benar. Aku juga memikirkan hal yang sama. Tak sepantasnya takdir kita berada pada garisan tangan manusia dan tangan pada mahluk yang diatas." jelas pangeran Arashi sembari menatap lurus kedepan. Mengalihkan pandangannya dari Hana.
"Dewa maksud anda Yang Mulia Pangeran?" tanya Hana kini bergantian menatap wajah Arashi.
"Aku tidak percaya bahwa dia yang mengatur segalanya. Karena dari pengalaman hidupku, sebanyak apapun aku meminta tak pernah satupun yang ia berikkan kepadaku. Aku rasa mahluk itu buta dan tuli."
Hana tersadar dari lamunan panjangnya tatkala sebuah tangan menyentuh pundaknya yang tegang, Hama menoleh dan bersinggungan dengan bola mata coklat gelap milik siapa lagi selain Jenderal Hashi.
"Jika anda ingin menghina sebaiknya tidak sekarang Jenderal, karena aku bisa saja memenggal kepalamu." ancam Hana, belum mengalihkan pandangannya dari wajah tampan itu.
"Aku tadinya ingin mengajakmu berselingkuh." kerlingan mata Jenderal Hashi membuat Hana mendengus. Lalu keduanya tertawa terpingkal-pingkal karena menyadari kebodohan keduanya.
"Sudah kubilang waktu itu bawa aku kabur." candaan lainnya lolos dari bibir Hana membuat Jenderal Hashi semakin melebarkan tawanya.
Setidaknya beban berat yang Hana pikul sedikit meringan karena seperti terangkat dengan kehadiran Jenderal Hashi, "Apa kau tidak jatuh cinta dengan penampilanku malam ini Jenderal?" goda Hana sembari memukul pelan bahu Jenderal itu. Perlakuan Hana tak lepas dari kedua mata hitam kelam yang serupa dengan Raja Yuan. Ya, Kaisar Arashi.
Jenderal Hashi tampak berpikir sebentar sebelum ia mengacak-acak puncak kepala Hana. "Oh tuan, ayolah! Kau tau berapa jam aku dirias dan dilengkapi dengan aksesori berat ini." keluh Hana seraya menyingkirkan tangan besar itu dari kepalanya, membenarkan kansha besar khas seorang Ratu yang agak miring akibat perlakuan spontan dari Jenderal Hashi.
![](https://img.wattpad.com/cover/122044514-288-k764980.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Sweet
FantasyDia adalah bunga, bunga yang amat manis. Senyumannya selalu mampu melelehkan hati yang beku, menghilangkan rasa penat. Namun ia seperti bunga berduri, tidak sembarang orang memetiknya jika tidak ingin terkena duri. Otak yang cerdas pun sangat bergun...