"Jadilah selirku. Dengan begitu aku mempunyai alasan untuk membesakanmu." Jenderal besar itu berkata, merendahkan suaranya.
Hana kembali membuka kelopak matanya, membulat tak percaya. Lalu sedetik kemudian ia menggeleng cepat, dirinya seperti disuntikkan tenaga dari perkataan Jenderal Hashi.
Hashi berdetak kesal, beraninya gadis itu menolak. Bahkan keadaan yang sekarat pun ia tetap menolak, Jenderal Hashi cukup tampan dengan janggut halus pada permukaan dagunya, rahang tegas, alis tebal, dan hidung tajam menjulang. Membuat para musuhnya kehilangan percaya diri meski hanya menatap wajahnya.
"Tidak mau! Anda seram." sahutan Hana membuat Jenderal itu menganga tak percaya, gadis ini memikirkan tingkat keseraman wajahnya daripada menerima untuk menjadi selirnya.
Namun tatapan keduanya teralih saat sebuah suara mengintrupsi "Dia milikku Hashi, engkau carilah gadis lain. Dengan latar belakang dirimu aku yakin banyak gadis yang akan mengantre untuk mendapatkanmu." ucapan Raja jelas menohok batin Hana, apakah dirinya seburuk itu didepan mata Raja Yuan hingga dibilang tak pantas bersanding dengan Jenderal Hashi. Menyebalkan sekali.
"Dan kau!" tangan kanan Raja terulur menunjuk Hana yang tiba-tiba menjadi kikuk "Aku memiliki tugas yang hanya bisa dilakukan olehmu, jika kau ingin bebas maka kau harus melakukannya."
Hana menenggak salivanya, mendorong masuk kepada kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering dan mencekik. Wajah cantik gadis itu ia tundukkan "tugas apakah itu Yang Mulia Raja?" Hana merendahkan suaranya, Jenderal Hashi menatapnya kasian. Diam-diam ia sudah tau tentang rencana menikahkan putra mahkota dengan gadis dari desa terpencil agar menutupi aib kerajaan.
"Jadilah pengantin untuk putra mahkota, setelah waktu yang ditentukan telah habis maka kau akan mendapatkan apa yang engkau mau." tawaran Raja membuat gadis bermata coklat kayu itu membelalak sempurna.
"Pengantin?" Hana membeo tak percaya, ia bingung antara harus senang, marah, sedih, kecewa Hana sama sekali tidak tau ekpresi apa yang harus ia gunakan.
Raja Yuan mengangguk membenarkan "tenang saja, putraku tak akan menyentuhmu. Kau hanya harus tidur seranjang dan melakukan segalanya bersama. Hingga batas waktu yang ditentukan kau akan mendapatkan segala yang kau mau. Emas, kejayaan, kekuasaan, posisi tinggi dalam kerajaan. Semuanya akan berada ditanganmu." jelas Raja Yuan sembari kedua tangannya ia sembunyikan dibelakang baju kebesarannya.
"Tapi Yang Mulia.." ucapan Hana kembali dipotong, Raja mengangkat tangannya, menyuruh Hana untuk menghentikan segala ocehan dan bentuk penolakkan.
"Aku tidak butuh penolakkan, bahkan aku bisa menjadikkan wanita itu sebagai taruhan agar engkau menerimanya." intrupsi Raja membuat tubuh Hana kembali melemas, kaki-kakinya terasa pias sulit diajak untuk berdiri.
Raja memerintahkan beberapa prajurit untuk mengurusi gadis yang kini tengah shock berat atas kejadian yang dialaminya, baru rasanya ia tadi pagi mencuci baju namun saat matahari menuju peraduannya digantikkan sang malam, kehidupannya berubah menjungkir balikkan dirinya pada kenyataan yang ada. Kenapa? Hanya itu yang bisa ia tanyakan dalam diamnya. Kenapa harus dirinya? Kenapa selalu dia yang dihadapi pilihan sulit? Tak bisakkah dirinya hidup dalam kedamaian.
Kini Hana tengah berendam dalam bathub sederhana karena wisma Kerajaan memang dibuat tidak terlalu besar, selain agar mempercepat langkah jika terjadi pemberontakkan wisma ini juga diperuntukkan untuk Raja dan keluarga jika berkunjung. Memuat menara tinggi agar dapat melihat rumah penduduk serta sampai pada perbatasan desa Riuma.
Wewangian campuran rempah-rempah tak membuat dirinya tenang dan menikmati dalam air hangat, dibantu dengan beberapa pelayan wanita. "Apakah anda suka dengan wanginya?" tanya salah satu pelayan, Hana masih tetap diam tak menjawab. Bibirnya terkatup rapat hingga satu air tetes mata terjatuh. Membuat para pelayan terkejut lalu menundukan wajahnya, kembali membersihkan tubuh Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Sweet
FantasíaDia adalah bunga, bunga yang amat manis. Senyumannya selalu mampu melelehkan hati yang beku, menghilangkan rasa penat. Namun ia seperti bunga berduri, tidak sembarang orang memetiknya jika tidak ingin terkena duri. Otak yang cerdas pun sangat bergun...