Bagian 11

69 14 3
                                    

***POV => Rina***

  Aku terbangun. Tampak oleh mataku langit-langit berwarna putih. Ibu adalah yang pertama kali kulihat setelahnya. Cepat-cepat beliau menekan tombol pasien di sebelahku.

"Alhamdulilah nak! Kau sudah sadar!," tangan ibu bergerak memelukku.

"Rey mana ...?," aku bertanya pada ibu.

Ibu menggigit bibirnya. Aku tahu bahasa tubuh ibuku saat enggan mengatakan sesuatu. Ibu pasti menyembunyikan sesuatu dariku.

Aku mencoba untuk bangkit. Kepalaku terasa pening. Rey! Aku butuh Rey sekarang juga!

"Ibu nggak melarangmu bertemu Rey nak ... hanya saja ayahmu ...," ibu memandangku dengan raut wajah sedih.

"Ayah mana?" aku bertanya.

Ibu mengelus rambutku. "Ayahmu sedang ada rapat mendadak di kantornya ... oh ... ibu harus menghubungi ayahmu ... beritahu kalo kamu sudah sadar ...."

Ibu bangkit dan berjalan menuju meja. Diambilnya handphone beliau.

"Ibu! Jangan telepon ayah! Kumohon! Rey ...."

Pintu ruang inapku terbuka. Dokter berjalan masuk sambil menyunggingkan senyum. "Saya periksa dulu keadaan Anda."

Ibu meletakkan handphonenya dan mendekat ke arahku.

Dokter itu mulai memeriksaku. "Keadaan Anda sudah cukup membaik, namun perlu rawat inap selama kurang lebih tiga hari."

Ibu berkata pada dokter itu. "Tidak ada organ yang bermasalah kan Dok?"

Dokter itu tersenyum pada ibu. "Gegar otak ringan ... selebihnya tak apa"

Ibu masih terlihat khawatir. "Gegar otak ringan?"

"Ibu tak perlu khawatir, kami akan segera menanganinya" dokter itu berusaha menenangkan ibuku.

Aku tak sabar bertemu dengan Rey. Rey ... dimana lo?

Terdengar ketukan dari pintu ruang inap.

Apakah itu Rey?

Pintu terbuka.

Renald?

Renald berjalan mendekatiku. Dia tersenyum kepada ibu sebelum berkata padaku. "Lo bikin gue jantungan! Gimana keadaan lo?"

Aku memaksakan senyum. "Baik ... um ... Rey mana?"

"Dia ..."

"Rey mana?!"

Renald menceritakan padaku bagaimana Rey menjadi syok saat melihatku kecelakaan dan keadaannya benar-benar buruk.

Aku menutup mulutku. Rey ....

Tiba-tiba pintu kembali terbuka.

"Rey!!" aku bangkit dari kasur.

Rey! Rey-ku datang!

"Renald?" Rey menatap Renald bingung.

"Permisi " dokter berbalik untuk keluar dari ruangan. Rey segera mencegahnya.

"Bagaimana keadaan pacar saya Dok?" Rey bertanya.

"Gegar otak ringan sehingga perlu rawat inap selama kurang lebih tiga hari" dokter itu menjawab.

With You, I'm OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang