Marriage 2: 8 Weeks

311 32 0
                                    

Ah, bagaimana Jongin bisa mengurangi sedikit saja rasa cintanya pada wanita itu jika sekarang saja ekspresi sederhana Seulgi sudah membuat Jongin tersenyum sendiri? '


♫ ♪ ♫ ♪

In Author's Eyes...

Pagi berjalan dengan sama sunyinya di kediaman Kim Jongin dan istrinya, Kang Seulgi. Putra mereka—Kim In-soo—akan merayakan ulang tahunnya yang ke-enam tahun ini, dan keadaan Seulgi sudah bisa dikatakan baik-baik saja.

Meskipun, selama bertahun-tahun ini dia telah membiasakan diri untuk beraktifitas dengan menggunakan kursi roda, dan mengikuti beberapa fisioterapi1 untuk melatih tungkainya bergerak, tetap saja sesuatu yang buruk telah terjadi pada wanita bermarga Kang yang dicintai Jongin itu.

"Aku akan mulai bekerja di kantor yang lain hari ini, Seulgi-ah. Mungkin aku akan melewatkan makan siang, dan... tidak bisa menjemput In-soo dari sekolah. Kau tahu sendiri, aku sudah mendapatkan promosi karena usaha selama beberapa tahun ini." Jongin memulai konversasi kecil di tengah sarapan pagi mereka.

"Oh, benarkah? Bagus kalau begitu. Bibi Kim—seorang pembantu yang bekerja di rumah mereka sejak beberapa tahun lalu—akan kuminta untuk menjemput In-soo hari ini. Kau tidak perlu khawatir." Seulgi berkata, dilahapnya soup di mangkuk tanpa ada sedikit pun rasa khawatir pada suaminya yang kemungkinan besar akan pulang larut malam.

Ah, jangan lupakan kalau usaha Jongin menempuh pendidikan di bangku universitas beberapa tahun lalu adalah hal yang mudah. Dia sudah banyak berkorban demi anak dan istrinya.

Mengingat bahwa Seulgi berada dalam tahap terendah dalam kehidupannya setelah ia melahirkan In-soo, Jongin hampir saja memutuskan untuk keluar dari universitas dan mengurus istrinya saja.

Beruntung, Jongin bertemu dengan Bibi Kim—seorang juru masak di kantin universitas—yang menaruh empati pada keluarga kecilnya dan kemudian memilih untuk menemani Seulgi di rumah selagi Jongin menempuh pendidikan.

Kesabaran yang berbuah manis, sekarang rasa manis itu tengah dituai oleh Jongin maupun Seulgi, karena kesabaran mereka.

Pernikahan mereka dibangun dengan pondasi yang kuat, dan kehidupan nyata rumah tangga mereka—dimana In-soo hadir ke dunia—adalah bangunan yang kuat di atas pondasi tersebut.

Sekarang, mereka hanya tinggal menambah hiasan saja di rumah tangga tersebut. Sehingga orang-orang tidak lagi menganggapnya sebagai bangunan kokoh yang tidak menarik.

Well, hiasan 'kecil' itu tengah Seulgi coba utarakan pada Jongin pagi ini.

"Umm, Jongin-ah." Seulgi membuka konversasi baru. Dia paham benar bagaimana sibuknya Jongin di kantor, dan tidak juga ingin menjadi over-protektif pada suaminya itu.

Seulgi percaya Jongin mencintainya, dan mencurigai pria itu melakukan hal-hal aneh yang membuatnya tidak kunjung pulang ke rumah meski hari sudah hampir berganti adalah hal yang akan meretakkan kepercayaan itu.

"Ya, ada apa, sayang?" Jongin berucap, dengan menyelipkan sebuah senyum dia memandang Seulgi—salah satu aktifitas favoritnya selain memeluk wanita itu.

"Ada yang ingin kubicarakan." Seulgi berdeham kecil.

Aih, jangan minta Jongin untuk menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang. Meski orang-orang berkata bahwa Seulgi adalah wanita dengan 'kekurangan' fatal yang membuatnya tidak lagi pantas untuk bersanding di samping Jongin yang tengah merintis kesuksesan, tetap saja perasaan Jongin tidak bisa berbohong.

MARRIAGE [finished]Where stories live. Discover now