“Dasar makhluk kecil rakus. Sudah dua jam kau tidak berhenti minum.” Aku tersenyum memandang bayi cantik yang masih betah di bawah ketiakku untuk menyusu.Jam dinding di atas pintu kamar masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, membuatku teringat sebuah janji temu yang harus dibatalkan siang ini. Kuraba bawah bantalku, tempat ponsel itu biasa berada setiap menyusui Eden. Benda itu tak ada di sana. Baik, ini masalah serius. Ponsel itu hidupku, seharusnya dia ada di dekatku.
Aku mengurungkan niat berteriak memanggil Jim saat ingat Eden masih tidur nyenyak. Baiklah, aku rasa bisa melakukan sebuah trik kecil yang tidak terlalu berbahaya.
Aku angkat telunjuk kiriku, mengayunkannya di udara tiga kali, lalu menjentikkan jempol dengan jari tengah dengan lembut tapi mantap.
FLOP!
Ponsel mungil penghubungku dengan teman-teman manusiaku muncul seketika. Sebagai penyihir yang sudah lama pensiun menggunakan tongkatnya, trik tadi cukup bagus.
“Aduh, meja sialan! Sejak kapan ada di sini?” Suara Jim terdengar dari lantai bawah rumah.
Sesuai dengan peraturan penyihir no. 696, penyihir yang pensiun karena menikah dengan manusia dilarang melakukan sihir, atau pasangan manusianya akan mendapat kesialan.
Aku terkikik. Maafkan aku, Jim.
