Aku Vanya. Berumur 26 tahun dengan status single untuk ukuran seorang wanita karir tentu sangat mengkhawatirkan bagi kedua orangtuaku. Memang aku tidak terlalu merisaukan masalah status single-ku. Hanya saja tiap kali aku pulang ke desa selalu ada desas-desus tetangga yang seolah-olah merekalah yang belum menikah.
Terus terang, akibat ocehan sampah mereka, ayah dan ibu jadi ikut khawatir. Mereka jadi ingin segera menjodohkan ku dengan anak rekan bisnis mereka.
Seperti sekarang. Aku memilih mengambil cuti beberapa hari dari perusahaan karena kurasa otakku mulai penat. Dan akhirnya aku lebih memilih pulang ke desa meski sekadar 3 hari, yang penting aku bisa menemui ayah dan ibu di sana. Masa bodoh dengan apa yang akan dibicarakan tetangga-tetangga kepadaku.
Lalu sore itu, kami terlibat konferensi serius di beranda rumah. Semua obrolan mereka hanya berisi tentang tawaran lamaran, menikah, menimang cucu, dan berujung calon suami yang belum juga kudapatkan.
"Apa kamu nggak bosen, hidup sendirian terus? Kan enak kalau sudah punya suami sama anak." Celoteh ibu.
"Mau Vanya juga begitu. Tapi ya ibu tau lah. Cari calon suami nggak segampang cari kacang di pasar. Susah Bu."
"Makanya kamu jangan lah mematok ukuran tinggi. Cukup laki-laki yang mapan dan pengertian." Timpal ayah kali ini lebih nyelekit.
"Ayah..."
"Apa kamu mau ayah jodohkan sama anak teman ayah? Dia pebisnis muda. Sama seperti kamu. Mungkin kalian bisa cocok. Ya syukur-syukur kalau akhirnya berlanjut ke jenjang pernikahan. Ya kan Bu?"
"Betul Yah. Ibu juga pengen segera nimang cucu. Malu tiap reuni selalu ditanyain sudah punya cucu berapa. Lah ini boro-boro cucu, calon mantu saja belum ada." Kini ibu berdalih ingin segera menimang cucu.
"Kamu jangan terlalu sibuk sama kerjaan kamu. Kamu sering mengurus pernikahan orang. Tapi masa kamu sendiri lupa juga butuh nikah?"
Oke. Aku menyerah. Obrolan kami sudah cenderung mengerucut ke arah pengintimidasian. Aku memilih hengkang dari hadapan ayah dan ibu. Tidak ingin obrolan 'haram' itu semakin berlanjut dan berlarut-larut.
"Vanya ngantuk. Vanya mau tidur dulu Yah, Bu." Pamitku sembari menghindar cepat dari tatapan-tatapan sengit Ayah dan Ibu.
"Loh kita belum selesai bicara Van. Vanya!" Teriak ayah.
Persetan. Semoga 3 hari ini segera berlalu. Dan aku sudah tidak sabar ingin segera menangani pernikahan klienku.
***Ting!
Sebuah notifikasi muncul di layar ponselku. Kali ini sebuah pesan dari Anjani-asisten pribadiku.from: Anjani
Mbak kapan bisa kembali? Ini ada klien yang tangagl pernikahannya dimajukanfrom: me
Kok bisa??! Bukannya mereka udah tanda tangan perjanjian kalo pernikahan dilaksanakan sebulan lagi?Ting!
from: Anjani
Ada kesalahan saat mencantumkan tanggal pernikahan mbak. Pernikahan mereka ternyata kurang 3 minggu lagi!from: me
Wtf!? Ini gw baru liburan di desa 1 hari dan udah ada masalah di kantor?Ting!
from: Anjani
Maaf Mbak. Saya maunya juga nggak ganggu liburan mbak. Jadi saya harus gimana?from: me
Gw balik besok. Mulai siapin keperluan-keperluan nikahnya. Besok kalo ada yang belum beres gw beresin. Tolong ya Jan!Ting!
from: Anjani
Baik mbak.Bukan tanpa alasan aku lebih memilih status single setelah sekian lama. Karena salah satu alasanku adalah seperti ini! Aku hanya tidak ingin urusan kerjaku akan terganggu dengan "sayang dimana dasiku??" "sayang bayi kita nangis!". Dan mungkin lebih parah akan terganggu dengan kalimat "sayang... Temani aku tidur."
Memang sudah kodrat wanita melayani pria. Ah tapi bagiku, ada sebuah target yang belum kucapai. Dan aku harus berhasil mencapainya sebelum aku menjadi sosok istri, entah untuk istri siapa nantinya.
Perlahan pikiran kusutku menuntun alam bawah sadarku. Membuat kelopak mataku terasa berat lalu akhirnya sejenak melupakan ocehan-ocehan tadi sore ayah dan ibu tentang pernikahan.
***Krekk!
Suara tirai yang terbuka mengusik tidurku. Tidak hanya itu, cahaya matahari yang menerobos masuk melalui jendela seakan-akan tidak rela jika jam tidurku berlangsung dengan lama."Vanya, ayo bangun. Sudah pagi!"
Dan alarm manual itu-ibu."Ayo Vanya bangun! Pantes ya kamu belum menikah. Perawan jangan bangun kesiangan! Nggak dapat jodoh nanti."
Sial!
"Hmmm sudah pagi ya Bu?" Tanyaku sembari menggeliat malas dan berusaha mengerjap-ngerjapkan mata yang masih terasa berat.
"Ayo bangun! Sekarang sudah jam 8."
Seperti tersambar petir. Pantang bagiku terlambat bangun hingga pukul 8! Rejekiku akan dipatok ayam! Ini artinya klienku akan lebih protes terhadap pelayanan wedding organizer-ku. Aku akan kehilangan uang darinya!
"Apa?!"
"Apa apa?"
"Kenapa ibu tidak membangunkanku dari tadi?" Aku bergegas bangkit menuju kamar mandi dengan piyama yang sudah tak karuan kusutnya.
"Ibu sudah membangunkan dari jam 5 pagi."
"Pagi ini Vanya harus kembali ke Bekasi Bu. Ada urusan mendadak. Penting!"
Ibu berlalu tanpa memedulikanku yang setengah mati berusaha mengejar waktu. Sial! Aku akan berangkat jam 9. Yang artinya aku harus rela bergumul dengan kemacetan.
Ya Tuhan, sialnya aku!
Kring, kring, kring!
Tanpa sungkan, ponselku justru berteriak nyaring. Memaksaku untuk harus melihat siapa orang di sebrang sana.
Sori! Gue lagi sibuk! Nanti gue hubungin balik!
Setelah bertempur dengan seperangkat alat mandi, akhirnya aku berhasil menyelesaikan mandiku dengan durasi 15 menit. Cukup singkat jika dibandingkan durasi mandiku biasanya yang bisa menghabiskan waktu sampai 40 menit.
"Rambut, oke. Blazer, oke. Parfum, sudah wangi. Blush on, maskara, pensil alis, lip cream? Ya Tuhan semoga wajah gue nggak buruk-buruk amat!" Aku mengamati pantulan diriku dalam kaca. Terlihat dandananku yang tidak cukup sempurna. Tapi setidaknya masih cukup pantas untuk memangkas wajahku.
"Ibu, Vanya berangkat. Salam buat ayah kalau sudah pulang kerja!"
"Loh kamu kemana? Kok sudah rapi gitu?" Tanya ibu sembari menyiapkan makanan.
"Bekasi! Tadi Vanya sudah bilang kan."
"Loh, ini sarapannya?"
"Buat Ibu! Dah Bu." Aku mengecup sekilas pipi ibu. Lalu bergegas menuju garasi dan bertekad akan menembus macetnya jalanan Bekasi pagi ini.
from: me
Gw otw nih! Siapin semuanya!Hai, tinggalkan jejak ya readers! Author menanti kontribusi kalian. Semoga jatuh cinta dengan Vanya-nya author ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark in Love
Romance"Aku Vanya. Seorang single dengan karir sebagai CEO sebuah wedding organizer terbaik seantero Jakarta. Bagiku pernikahan adalah sebuah hal yang sangat membahagiakan. Sampai suatu hari seseorang telah mengubah semua persepsiku tentang arti pernikaha...