EMPAT

20 1 0
                                    

Semua persiapan pernikahan klien hampir selesai. Kukira aku akan kehilangan klienku karena ketidakprofesionalan Vanya Wedding. Nyatanya kemampuan Vanya Wedding dalam mengatur acara pernikahan selalu unggul.

Aku menarik napas. Hari ini entah mengapa terasa begitu panjang. Semua seperti melelahkan, namun di sisi lain aku ikut merasa bahagia.

Mungkin awalnya bagiku menikah adalah poin kesekian. Tapi semua seperti sudah terencana. Tuhan menyentilku melalui serangkaian momen pernikahan. Dan seperti yang dikatakan oleh ayah dan ibu, sudah saatnya bagiku merangkai cerita bersama suamiku kelak.

Terbayang sudah bagaimana aku menjemput senja di bibir pintu sembari membentangkan senyum penuh penantian untuk suamiku. Lalu dengan sabar aku menanti dan merasakan kegelisahan yang nikmat karena hadirnya perasaan cinta yang meruah.

Hingga malam tiba, terbayang bagaimana belaian lembut dari sebuah tangan pelindung. Lalu dekapan hangat menyelimuti di tengah dinginnya malam gulita. Tubuh kokoh yang dengan sigap mengganti peran ayah untuk menjagaku kapan saja, dimana saja, dengan penuh cinta.

"Aku sangat mencintaimu."

Begitulah menggaung dalam gendang telingaku. Bagaimana bibir itu meletupkan kalimat terlembut yang paling digilai wanita di seluruh dunia. Dan lalu ada sebuah pergumulan cinta yang bergejolak namun memabukkan.  Aku
membutuhkan semua itu dalam figur seorang suami.

Ah itu hanya bayangan untuk cerita yang panjang. Cerita akan arti pernikahan yang begitu syahdu dan membahagiakan.

"Anjani!" Aku memanggil Anjani.

Kehadiran Anjani melesap, menyusup ke dalam proyeksi cerita tentang pernikahan masa depanku. Membuat beberapa alur harus terburai, dan berganti dengan bayangan cincin kedua klienku yang siap diambil.

"Iya mbak?"

"Yuk temenin gue ambil cincin klien kita." Tanpa ba-bi-bu tanganku langsung menarik pergelangan tangan Anjani dan tak ingin kali ini terjebak kemacetan sore si megapolis.
***

Sebuah bangunan dengan desain kaca yang mendominasi berdiri kokoh. Hilir mudik pengunjung bangunan itu menampilkan adanya alur hangat dari setiap pasangan. Seolah-olah sengaja karena mereka tau, bahwa di dalam sebuah mobil eco green putih nan mungil, ada seorang wanita yang dulu pernah bersikeras untuk tidak menikah sebelum bisnisnya melejit. Seorang wanita tanpa kekhawatiran tentang usianya, yang nyaris rentan dikatakan sebagai perawan tua.

"Yuk Jan masuk. Untung aja jalanan lumayan nggak macet." Aku menggandeng Anjani.

Bagi sepasang calon pengantin atau pasangan suami istri, tempat ini layaknya surga. Tempat ini dihiasi dengan berbagai macam gambar cincin pernikahan dan pertunangan. Menggoda siapapun yang datang kemari akan berpikir "aku ingin menikah!". Begitulah setidaknya yang kurasakan.

"Selamat sore Bu, ada yang bisa saya bantu?"

"Tadi siang saya mendapat SMS, katanya cincin yang saya pesan sudah bisa diambil sore ini." Tanyaku tak kalah ramah.

"Oh betul Bu. Ada beberapa pesanan cincin pernikahan yang sudah bisa diambil sore ini. Boleh ditunjukkan nota pembayaran?"

Aku mengeluarkan selembar bukti pembayaran cincin. Lalu menyerahkannya kepada karyawan itu.

"Terimakasih. Silakan ambil cincinnya di sana."

"Baik. Terimakasih mbak."

Sebuah kotak mungil berbahan beludru merah menyita perhatianku. Beberapa jam terakhir ini aku mudah sensitif jika dihadapkan oleh hal yang berkaitan dengan pernikahan. Termasuk cincin ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dark in Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang