Part 2 - 2009, Aku Mulai Jatuh Hati Padamu

47 16 8
                                    

~~~

[Malam Senin, Bulan Agustus, 2009]
Kriiing... Kriiing...
Telepon rumahku tiba-tiba berdering. Kuangkat gagang telepon dengan sigap dan mendadak jantungku berdetak sangat kencang hingga aku sulit untuk bernafas.

Aku bertanya-tanya, siapa yang menelepon malam-malam begini? Mungkinkah Dewi? Atau mungkin ini kabar duka? Aku harap, semoga ini bukan kabar buruk.

“Halo, Ini benar nomornya Syahnas?” terdengar suara nge-bass juga lembut ketika ku angkat gagang teleponnya.

“Benar, ini Syahnas sendiri. Maaf ini siapa ya?” jawabku dengan was-was.

“Ini Aldi, Nas. Maaf malam-malam mengganggu. Ehhmm. Kamu kan pengurus OSIS, besok senin ada upacara nggak?”

“Oh, Aldi ternyata. Iya, Di. Seperti biasa. Ada upacara bendera yang dimulai tepat pukul 07.00 WIB. Jangan telat ya! Atribut juga harus lengkap.” jawabku dengan tegas.

“Oke, Nas. Terima kasih atas infonya. Besok bawakan topi ya, Nas.”

Tut...
Tiba-tiba teleponnya diputus.

Aku memutuskan untuk merebahkan tubuhku di sofa. Sejenak ku tarik nafas dalam-dalam. Tanpa sadar pikiranku mulai melayang-layang dengan berbagai pertanyaan.

Kenapa dia tiba-tiba menelepon? Kenapa menanyakan sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan? Ada apa sebenarnya? Kepalaku mulai penuh tanda tanya.

Ini pertama kalinya Aldi meneleponku. Selintas, aku teringat kata-kata Reni dalam perjalanan menuju ke kantin tempo hari.

“Kalau Aldi punya handphone, pasti lebih gampang menghubungi kamu, Nas. Gampang tahu kabarmu, tahu aktivitasmu. Kan tinggal sms doang. Makanya, minta Aldi supaya cepet beli handphone, Nas” jawab Reni dengan wajah tanpa dosa.

Kenapa Reni tiba-tiba mengatakan hal itu? Seolah-olah dia tahu kalau Aldi akan menelponku cepat atau lambat. Lalu apa maksud Aldi meneleponku? Apakah Aldi benar-banar tidak tahu kalau besok upacara? Atau ternyata Reni yang menyuruh Aldi meneleponku? Karena memang sejak awal, dia yang tahu perasaan Aldi yang sesungguhnya terhadapku. Ah, masak iya? Aldi menyukaiku? Atau dia hanya iseng meneleponku karena dia nggak punya handphone? Mungkin dia hanya iseng.

Pikiran burukku tentang Aldi pun mulai memenuhi seluruh bagian otakku. Aku salah tingkah dibuatnya. Kembali kutarik nafas dalam-dalam, menahan diri agar tidak terbawa perasaan karenanya.

~~~

[Sore itu, Bulan November, 2009]
Tiba-tiba aku mendengar derap langkah kaki, yang begitu cepat menuju tempatku berdiri. Sepertinya ia berlari dan tergesa-gesa menghampiriku saat aku sedang asyik mengobrol dengan Yura di depan kelas.

“Nas, kamu kok nggak balas smsku tadi malam?” sapa Aldi ngos-ngosan dengan nada sedikit marah.

“Ha? Sms? Kamu punya handphone, Di? Sejak kapan?” jawabku dengan wajah penasaran.

“Jadi smsku nggak masuk, Nas? Dasar Reni! Kenapa dia memberiku nomor yang salah? Ini benar nomormu kan, Nas? Lihat, aku kirim pesan untukmu.”

To: +6285746xxxxx
From: +6285731xxxxxx
Nas, ini nomorku. Simpan ya.
Aldi

“Hahaha.” Aku tertawa sejenak.

“Kurang 1 angka Aldi. Makanya nggak kekirim.” jawabku sambil sedikit menertawai tingkahnya.

“Renii!!! Umpat Aldi geram.

“Kalau begitu, kamu masukkan nomor handphonemu disini.”

Sambil menyodorkan handphone barunya tepat di depan wajah kusamku.

Aku terkejut, ternyata Aldi mampu membeli handphone pengeluaran terbaru, dengan uang tabungannya sendiri. Waaahhh!!! Aku benar-benar iri dengannya. Iri dengan sifat mandiri yang dimiliki oleh cowok berkulit cokelat matang itu.

Sambil sedikit melamun, aku raih handphone miliknya dan mengetik nomorku kemudian menyimpannya di menu “kontak” yang ada pada telepon genggam baru miliknya.

“Nih. Sudah ke save. Kalau kamu sms, nanti aku balas deh.” jawabku dengan nada menyindir.

“Nah. Kalau begini, aku nggak perlu menelpon rumahmu lagi kan, Nas.” kata Aldi dengan wajah sangat bahagia.

Hah? Jadi ternyata, dia membeli handphone agar bisa menghubungiku? Nggak, Nas. Kamu jangan kege-eran dulu. Bisa saja karena dia ingin seperti semua temannya. Tapi kenapa dia bilang begitu? Sebenarnya kamu kenapa sih, Di? Membuatku berpikir kalau aku ini cewek spesial buatmu. Ah, Syahnas. Lagi-lagi kamu kege-eran. Sadar, Nas. Sadar.

Ia melempari ku senyum manis, sambil berlari jauh meninggalkanku. Kali ini, aku sungguh dibuatnya speechless dan kagum. Kagum dengan sosoknya yang amat berbeda dengan laki-laki lain, yang pernah kutemui. Tampaknya perasaanmu padaku itu benar-benar nyata, Aldi. Atau justru aku yang lebih menyukaimu?

To Be Continued>>>

-----------------------------------------------------------

Terima kasih sahabat setia Aldi & Syahnas😊

Mungkin kesannya cerita kali ini sedikit datar alias biasa-biasa aja kalau dibaca. (Semoga tetep baper)

Tapi pada intinya.
Tokoh Aldi dalam cerita kali ini berupaya keras agar ia bisa mendekati Syahnas dengan membeli handphone supaya mudah pedekatenya sama Syahnas (usaha banget yaa). Sampai pada akhirnya Syahnas terkesan dan suka balik deh sama Aldi😍

Ingin tahu kisah mereka selanjutnya?
Pantau lagi wattpad kalian hari kamis besok yaa

Tetep voted kalo kalian suka dan comment bila ingin memberi komentar dan saran untuk cerita kali ini😉

I wait for your vote and comment.
Happy Reading guys!!!❤

YOU !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang