~~~
Sore, 10 Februari 2010, pukul 16.15 WIB
Kurasa, sore ini sedikit berbeda dengan sore-sore sebelumnya. Aku merasakan ada yang aneh dari diriku.
Mungkin memang di usia yang dibilang "Remaja" ini, kita rentan terjangkit penyakit hati yang namanya "Jatuh Cinta".
Yaaah. Penyakit terpopuler di kalangan remaja, yang bisa sembuh kalau cowok yang ditaksir, berhasil nembak dan bilang sayang ke kita.
Bagiku jatuh cinta itu, bisa dibilang rasanya nano-nano kayak permen nano-nano. Naksir cowok, pasti kegirangan. Ditaksir cowok, pasti lebih girang lagi.
Ngomong kesana kemari, biar banyak yang kasih ucapan selamat. Seolah-olah, seisi dunia harus tahu dan ikut merayakan kebahagiaan saat kita lagi jatuh cinta. Penyakit ini merepotkan juga ternyata.
Bukan pertama kali lagi, bagi seorang Syahnas, merasakan apa itu "Jatuh Cinta" alias mabuk asmara. Menurutku aku ini cewek yang gigih banget berjuang, apalagi masalah "cinta".
Diawali dari kisah 21 jam hubungan asmara yang mendadak kandas. Kemudian dilanjutkan dengan hubungan penuh drama yang berakhir dengan kasus perselingkuhan. Kini aku berhasil melawan Philophobiaku setelah 9 bulan, sejak aku putus dengan Evan.
Dialah orang yang berhasil membuatku berani untuk jatuh cinta lagi. Siapa lagi kalau bukan Aldi. Cowok berkulit cokelat matang dengan wajah manis yang mendadak kuakui sebagai "Cinta Pertama"ku, berhasil memikatku yang dengan mati-matian menutup rapat hatiku untuk jatuh cinta lagi.
Linglung adalah respon terhadap bayangan keadaan yang tidak sesuai dengan kejadian sesungguhnya. Respon ini aku rasakan ketika Aldi menarik pergelangan tanganku, berlari menggandengku sampai ke lokasi parkir sepeda yang berada tepat di dekat sanggar.
"Kamu mau nggak, jadi pacarku?" Kata Aldi tanpa basa basi.
"Hah?" responku dengan wajah mlongo sambil tetap menghisap lolipop.
"Aku nggak akan bilang ini dua kali, Nas. Kalau kamu jawab nggak, aku ikhlas nerimanya. Tetapi kalau kamu jawab iya, dan masih bimbang, aku bisa kok nunggu jawaban dari kamu. Sampai kamu benar-benar yakin buat terima aku jadi pacar kamu." tambah Aldi dengan wajah pasrah.
Dag dig dug... Dag dig dug... Dag dig dug...
Aku harus jawab gimana nih? Apa aku minta perpanjangan waktu? Buat memutuskan kuterima atau tidak? Aduuh!
"Nas, wooeyy. Nas!"
Suara Aldi membuat kedua kelopak mataku berkedip dengan cepat.
"Iya, Di." sahutku dengan sigap, seolah-olah takut kehilangan kesempatan.
"Hah?" Gantian Aldi yang mlongo mendengar jawabanku.
"Iya, Di. Aku mau jadi pacar kamu." jawabku dengan mantap sambil kugoyangkan ujung tepi bibirku, agar Aldi percaya, bahwa aku bahagia menerimanya.
Sebenarnya aku sedikit ragu menerimanya, aku takut kecewa untuk ketiga kalinya. Tetapi aku juga sangat yakin. Bahwa Aldi memang benar-benar laki-laki yang baik. Dia tulus, sederhana, dan bijaksana. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk menerima pernyataannya. Dan saat ini aku merasakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU !!!
Teen Fiction"Aku siap menerimamu kembali. Karena aku bersedia menunggumu kembali untukku. Syahnas." kata Aldi melalui pesan singkatnya yang dikirim untukku. Bagiku melepasmu bukan menjadi akhir dari sebuah kisah, tetapi menjadi awal bagi kita untuk mengukir ken...