Part 3 - Selamat Ulang Tahun, Aldi!

50 14 2
                                    

Tap.. Tap.. Tap.. Tap..

Langkahku cukup kencang siang ini. Aku takut cowok berkulit cokelat matang itu pergi dan aku tidak sempat menemuinya.

Seisi kepalaku penuh dengan berbagai kata yang membuatku bingung untuk merangkainya.

Ditambah lagi, degub jantung ini cukup mengganggu. Degub ini terlalu kencang untuk berdetak dalam sekali hitungan.

Selamat ulang tahun, Aldi. Ini buat kamu. Ah, salah-salah. Happy Birthday, Aldi. Ini buat kamu. Semoga kamu suka. Hmmm, atau bilang begini saja ya. Selamat ulang tahun, Aldi. Ini kado untukmu, semoga kamu suka ya. Aduh, bagaimana ini? Bagaimana ya cara ngomongnya? Kalau dia menolak, aku harus bagaimana coba?

~~~

_Flashback start_

"Dek, Ayo temenin Kakak!"

"Mau kemana sih, Kak? Lia banyak PR nih." jawab Lia kecut.

"Bentar aja Dek. Temenin Kakak beli kado buat Mas Aldi. Bentaaar aja." pintaku merengek.

"Hah? Mas Aldi?" wajahnya sedikit kaget.
"Kapan sih kak ultahnya?" kata Lia penuh keingintahuan.

"Besok Dek. Ultahnya tanggal 11-01-2010. Ayo cepet ganti baju! Keburu tambah panas nanti." kataku mendesak.

"Iya, iya Kak. Bentaaaar."

Lia pun bergegas mengenakan celana jeans berwarna biru dan jaket berwarna hijau pupus. Tak lupa ia membawa tas slempang kulit warna hitam kesayangannya dengan dompet mungil berwarna putih didalamnya.

"Ayo Kak!" ajaknya.

Kami pun berangkat, dan setibanya disana..

"Dek, di kasih kado apa ya enaknya? Dompet? Topi? Atau apa Dek? Cowok itu cocoknya di kasih kado apa sih, Dek?"

"Hmmm. Apa ya Kak? Mas Aldi pengennya apa? Terus dia belum punya apa?" jawab Lia sambil melihat-lihat barang dagangan yang menggoda pandangannya.

"Aduh Li. Kakak mana tahu. Ini saja pertama kalinya, Kakak kasih kado ke cowok. Enaknya apa ya Li?" sambil garuk-garuk kepala.

"Kayaknya, cowok kalau di kasih apapun, pasti menerima deh, Kak." sambung Lia.

Mata ini tampak kesulitan menentukan mana yang akan dijadikan target untuk kado spesial buat Aldi besok. Jujur aku sedikit bingung.

Mata kananku tertarik untuk membeli dompet. Tapi harganya terlalu mahal. Mata kiriku lebih tertarik dengan tumpukan topi. Tapi aku berpikir, buat apa kalau aku kasih Aldi topi. Pasti nggak ada manfaatnya.

Lia yang menungguku tampaknya sudah jenuh dan mulai sedikit frustasi. Ia memanyunkan bibirnya sambil terus berkeliling memutari rak yang penuh dengan ransel khusus untuk mendaki.

Tak terasa, kami memutari seisi toko selama lebih kurang 1 jam. Sambil ku garuk-garuk dagu mungilku, aku tak henti-hentinya menatap dan memegang salah satu topi yang menarik perhatian.

"Dek, topi cokelat ini kayaknya cocok deh buat Mas Aldi." kataku dengan senyum.

"Kok topi sih kak? Kenapa nggak pilih yang lain sih?" kata Lia dengan raut sedikit kecewa.

YOU !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang