RAZIA

18 3 0
                                    

Rio tampak gelisah. sesekali dia menggigit bibirnya, memijat dahinya, dan meremas-remas rambutnya.
Keringat dingin bercucuran di dahinya.

" Ada apa, Sayang?" Tanya Maria heran.
" Kita putar arah saja ya,?" ujar Rio dengan nada gusar.

Maria mengernyitkan dahinya.
Rio tampaknya sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Tentu saja Maria menolak memutar arah.

Cafe yang akan mereka tuju tinggal beberapa kilometer lagi. Berbahaya jika harus berputar arah ditengah kemacetan seperti ini.

"Tenanglah, Sayang. Semuanya lengkap, kok." Ujar Maria seraya menunjukan SIM dan STNK miliknya.

Antrian kendaraan masih mengular panjang. Beberapa Petugas berseragam sedang melakukan pemeriksaan rutin terhadap pengendara bermotor.

Jarak mereka dengan mobil yang dikendarai Maria semakin dekat. Rio menggigil kedinginan. Tubuhnya bergetar hebat.

Maria panik.

Dia mengklakson mobilnya berkali-kali untuk mengundang perhatian. Ia tak mungkin menerobos antrian kendaraan. Rio harus segera dilarikan ke rumah sakit. Bagaimanapun caranya.

Beberapa petugas berseragam datang mendekati mobilnya. Maria segera keluar dan meminta bantuan mereka untuk membawa Rio ke rumah sakit terdekat.

Seorang petugas menatap Rio penuh selidik. Dia meminta Maria menunjukan kelengkapan surat yang dibawanya. Dia juga memeriksa isi tas miliknya dan tas milik Rio.

"Ikut kami ke kantor!" Ujar seorang Petugas dengan nada sangat tegas. Maria terkejut. Tubuhnya hampir saja limbung.

Petugas itu menunjukan lima paket shabu-sabu dan bong di dalam dashboard mobilnya. Maria bahkan tak pernah tahu, sejak kapan barang haram itu ada di sana.

Unaffacted LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang