"Wihhh ada anak kecil, ibu hamil...nenek - nenek...eh itu ada anak sekolah juga. W - A - W. Waw waw waw..."Dari balik jendela, Mutiara terus mengabadikan moment unik yang baru pertama kali dilihat dan ditemuinya.
"Seumur - umur lihat demo baru ini demo terkece..."
"Kece kamu bilang? Ntar kita dihukum disekolah baru hari pertama. Masih kamu bilang kece?".
"Semakin kece kalau hari ini sekolah itu gak terima aku jadi muridnya."
Mutiara berteriak pinggir bang. Permata melotot tak percaya melihat kembarannya turun dari angkot dan ikut dalam barisan perempuan bendera hitam putih.
"Nek...boleh minta benderanya?"
"Oh iya...boleh...."
Dengan bangga Mutiara memegang erat bambu panjang dengan kibaran bendera putih bertuliskan dua kalimat syahadat.
Hp berbunyi.
"Ya Ma..."
"Ara...kata Permata . Ara bolos sekolah ya...Ara..."
"Gak Ma...macet...ini Ara mau jalan kesekolah."
Ara memutus talian komunikasi . Perlahan tangannya membuka ikatan bendera dari bambu. Mengikatnya ditengah tas ransel. Berlari kencang menuju sekolah.
Sampai didepan pagar. Mutiara cuma diam tidak dibukakan pagar.
"Kenapa anak itu Pak?"
"Telat."
"Bukannya hari ini semua orang telat karena ada demo dijalan?"
"Iya Fathir. Tapi sekolah hanya maklumi setengah jam. Anak ini telat dua jam."
"Siapa nama kamu?"
"Mutiara bang."
"Kenapa telat? Ikut aksi ya?"
"Nggak bang."
"Terus kenapa telat dua jam?"
"Karena dijalanan ada demo".
"Darimana sekolah kamu?"
"SMP Terbaik bang."
"SMP terbaik?"
"Iya bang"
"Jadi begini alumni SMP terbaik? Katanya pemenang olimpiade Mate - matika."
"Iya bang."
"Katanya lulusannya terbaik paskibra."
"Iya bang."
"Iya apanya?"
"Iya yang abang bilang benar".
"Jadi sekolah sehebat itu punya alumni ngaco kayak kamu?"
Fatir mulai jalan mondar - mandir didepan Mutiara yang berdiri menunduk."Udah kurus, item, rambut keriting...bernapas pula. Ini sekolah favorit. Punya aturan. Sekarang lari keliling sekolah..."
"Iya bang..."
Mutiara berlari kencang dengan kibaran bendera diranselnya.
"Ya Allah...makasih...mudah - mudahan aku dikeluarin dari sekolah ini..." doa Mutiara disetiap langkah seribunya.
"Fatir...coba tolong kasih data ini ke Pak Umar. Ini siswi terbaik . Selaly juara, menang olimpiade dan penerima bea siswa. Kemarin dia gak ikut orientasi karena ada kunjungan ke Istana negara. Menang olimpiade Biologi."
"Iya pak. Siap."
Fathir melangkah keluar dari Kantor kepala sekolah. Diliriknya lembaran kertas di tangan. Perlahan kelopak mata naik, bola mata serasa ingin keluar.
"What???? Anak sepintar ini...anak itu???"
Mutiara masih asyik berlari keliling sekolah.
"Mutiara...sini..."
"Ya bang..."
"Capek?".
"Biasa aja."
"Bisa gak, gak usah belagu..."
"Bisa bang."
"Ini arsip kamu. Jumpai pak Umar"
"Alhamdulillah...saya dikeluarin dari sekolah ini ya bang? Makasih ya bang."
"Apa??? Kamu pengen dikeluarin dari sekolah sebagus ini?"
"Bagus apanya? Biasa aja."
"Bisa gak, gak usah belagu."
"Bisa bang."
"Jumpai Pak Umar diruang kesiswaan. Cari aja kedalam sekolah ini."
Tanpa menjawab Mutiara melangkah lemas dan kesal.
"Lucu juga tuh anak. Unik, seunik benderanya..." Fatir melangkah menuju kelas.
Bersambung...
#hai hai... Maaf kalau ceritanya agak gaje dan banyak typo. Semoga kalian suka.
Ohiya sengaja buat ceritanya pendek-pendek. Biar kalian yang membaca jadi penasaran. Hehehe. 😂. Enggak" bercanda sebenarnya cerita ini kak lidya yang buat kak lidya suruh aku memperkenalkan karyanya di wattpad. Jadi harus nunggu untuk dia bisa kirim ceritanya ke aku lagi..
Nidya Lassari