Malam semakin larut. Bintang-bintang pun semakin terang, menampakan dirinya. Dinginnya angin malam itu tak membuat Jack tergerak untuk beranjak dari duduknya. Meski dia kedinginan pun dia tetap di sana, duduk bersandar di sebuah pohon besar sambil menatap langit malam.
Mengingat kejadian tadi sore saat keponakannya kembali pulang ke pelukan kedua orang tuanya, ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Hanya termenung seorang diri dengan suara-suara serangga malam sebagai pengiring kantuknya datang.
Rindu. Itu yang dirasakan Jack saat ini. Dia rindu akan kehangatan keluarga. Termasuk kedua orang tuanya. Sudah lima belas tahun berlangsung sejak perang memperebutkan wilayah kekuasaan dengan kerajaan Delmore. Ayahnya terbunuh saat perang dan ibunya mengorbankan dirinya untuk melindungi dirinya dan sang kakak. Mereka melarikan diri ke sebuah hutan di dekat sungai. Pasukan kerajaan Delmore masih mengejar mereka hingga pada akhirnya mereka bersembunyi di sebuah gua besar dan gelap.
Jack tak bisa melupakan kejadian itu. Bahkan dendamnya masih tersimpan dan dia berjanji akan membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuanya.
Monalisa baru saja keluar dari gubuk terbesar di Sanville. Dia hendak menuju gubuk yang akan ditempatinya, tapi langkahnya tertahan. Dia melihat seseorang duduk memunggunginya di bawah pohon sambil bersiul memecah keheningan malam itu. Monalisa memberanikan diri mendekatinya.
"Sedang apa kau di sini?" tanyanya.
Jack menoleh ke sumber suara. "Oh, hai! Aku hanya duduk saja. Kau tidak kembali ke gubukmu?"
"Sepertinya malam ini terlalu indah untuk dilewatkan."
Jack tersenyum. "Duduklah!"
Monalisa mendudukan dirinya di samping Jack. Tetapi, hanya hening diantara keduanya. Tak satu pun dari mereka yang hendak memulai percakapan. Jack masih asyik dengan rindunya yang mulai meringan.
Monalisa memeluk lututnya. Dia mulai merasakan dingin malam menusuk kulit. Tapi, itu tak membuat Monalisa beranjak dari duduknya. Dia hanya menengadah pada langit. Bulan purnama tampak dikelilingi oleh 3 bintang yang bersinar. Pandangan Monalisa pun tak lepas dari keempatnya.
Sadar akan keheningan diantara keduanya, Jack mulai melirik gadis di sampingnya. Dia berpikir bahwa gadis itu merasakan hal yang sama. Rindu. Tapi, Jack masih tidak yakin apakah yang dipikirnya itu benar adanya. Hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya.
"Merindukan seseorang?"
Monalisa menoleh dan mengangguk. Lalu, dia kembali memandang bulan dan bintang di langit.
"Siapa?"
"Ibuku."
"Lalu?"
"Saudaraku."
"Lalu?"
"Sudah."
Jack menoleh pada Monalisa. "Ayahmu?"
Monalisa hanya tersenyum dan menunduk. Dia mengangkatnya kembali dan balas menoleh. "Ya, aku juga merindukannya."
Dari nada bicaranya, Jack tau ada sesuatu yang mengganjal diri Monalisa saat dia menanyakan tentang sang Ayah. Dia mengira-ngira, mungkin dari sana lah penyebab gadis itu meninggalkan istana. Meski pastinya dia belum tahu tapi dia yakin di situlah sumber permasalahannya.
Jack beranjak dari duduknya. "Bagaimana rasanya tinggal di istana, Tuan Putri? Apa menyenangkan?"
"Seperti itu lah. Kau bisa mendapatkan apa pun yang kau mau, sekali pun yang mustahil kau inginkan."
"Oh, ya? Menyenangkan sekali!"
"Menyenangkan? Itu hanya perasaanmu saja." Monalisa tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monalisa: The Conqueror Of The Dark Side
FantasyKetika Monalisa memutuskan pergi dari kerajaan untuk menolak perjodohannya, ia tak tahu arah mana yang akan ia tuju. Hingga suatu ketika Sang Putri terjebak di sebuah hutan penuh kutukan, ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Jack Stapleton dan...