Hatiku ada di Rakhine
Di Gaza
Di Damaskus
Di Aleppo
Di mana ia marah pada dirinya sendiriHatiku
Tercerai-berai, berdurai-durai
Tercerabut dan mengandai-andai
Seperti apa rasanya berteriak, ingar-bingar
Tanpa ada yang sudi mendengarHatiku ada di Rakhine
Tersepak-sepak, tergeletak
Bersama milyaran tangis yang meledak
Bersama ayunan ibu pada bayinya yang senantiasa mendongak,
merintih, "Dimana dunia saat kita disiksa, Ibu?"Hatiku ada di ada di Gaza
Berdegup tak keruan, tersayat
Saat cahaya hidup direnggut oleh bom dari pesawat-pesawat
Saat darah dari dada para ayah muncrat,
berteriak, "Larilah pada orang-orang yang peduli!"Hatiku ada di Damaskus
Kesal, murka, marah, darah membesut
Atas kenyataan bahwa ia masih bisa berdenyut
Sementara nenek tua renta berlarian kalang kabut
meratap, "Mengapa manusia membantai sesamanya?"Hatiku ada di Aleppo
Terduduk lesu
Tumpah air mata, menangis tergugu
Melihat puing-puing puisi mengadu
Bagaimana mereka terbentuk dari serangan para serdadu,
menyeletuk padaku, "Oh, rupanya kau peduli?"Hari ini
Hatiku kembali ke sini
Ia menghitam, membusuk, jatuh
Sambil bertangis darah, ia menuduh
"Persetan dengan hatimu, urus hati mereka!"☀️
BismillaahirrahmaanirrahiimPuisi pertama dari kumpulan puisi untuk saudara-saudara kita, sesama manusia, yang terjebak di tengah-tengah peperangan dan permusuhan.
N.B: ditulis dengan emosi, bukan dengan logika.
All the love (and tears),
Author ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi untuk Manusia
PoetryTentang kemanusiaan, dan tentang apapun sebaliknya. Cover : @Nmvord