1

94 8 0
                                    

"Dinan!" Teriak Anin di depan meja Dinan. Namun Dinan masih sibuk dengan berkas yang ada di hadapannya.

"Lo tuli? Kemana duit gue yang 1M?!" Anin kembali teriak. Kali ini Dinan membuang nafas dengan berat.

"Apa?" Ucap Dinan santai sambil melihat mata wanita itu.

"Mana duit gue?"

"Yang mana?"

"Gak usah sok gak tahu! Lo kasih cewek lo kan?!" Teriak Anin yang semakin keras.

Dinan langsung mengangkat kedua alisnya. "Untung ruangan ini kedap suara." Katanya sambil menyunggingkan senyumnya

"Gak usah senyum babi. Kembaliin duit gue." Pinta Anin

"Bokap lo kan kaya, lah ngapain minta ke gue? Lagian bukannya lo kalah main ludo sama gue?" Gumam Dinan.

"..."

"Mau berlaga lupa lo? Kaga usah bego. Lo begoin aja cowok lain, gue gak bisa lo begoin. Sekarang lo pergi. Gue pusing." Ucap Dinan

"Eh babi, lagian gue menang 74 kali dan lo only 75! Ngapain juga lo menang cuma beda 1 angka? Balikin!" Jawab Anin

Dinan hanya mengangkat kedua bahunya kemudian menelfon pacarnya yang bernama Saskia Ananta.

"Sayang dimana?"

"..."

"Oke. Kita ketemu ya. Miss you so much."

Anin melihat Dinan berkata seperti itu langsung meludah di meja Dinan. Dinan membulatkan matanya dan Anin langsung lari dengan sekuat tenaganya.

***

"Sir, hari ini ada meeting dengan Mrs.Anin." ucap Vexia asisten Dinan.

"Batalkan saja." Balas Dinan dengan tenangnya .

Vexia membulatkan matanya namun ia langsung pergi dari ruangan itu, karena ia tahu Dinan pasti akan memarahinya.

Dinan meneguk kopi kesukaannya. Kemudian ia melihat Whatsapp dari Anin.

AMAC : Lo kira lo siapa? Bisa main batalin gitu? Lo yang punya perusahaan ini?!!! Keuangan kita setiap bulan makin turun bodoh!!!

Dinan M.W : iya gue tau ini perusahaan punya bokap lo, terus kenapa gue yang repot? Boleh pecat gue jika lo mau:)

Dinan tersenyum ketika membalas chat itu. Konyol, pikirnya.

Tak lama dari itu Anin tiba-tiba datang ke ruangan Dinan.

Anin menyipitkan kedua matanya. "Lo sakit jiwa! Lo seneng dengan keadaan uang perusahan ini menurun?" Ucap Anin dengan lantang.

Dinan yang tadinya sedang menutupkan matanya kini matanya telah tertuju kepada Anin.

"Lantas?" Balas Dinan sambil mengangkat kedua alisnya.

"Lantas? Lo bilang lantas? Lo kurang mecin? Sianida? Duit?!"
Dinan hanya tersenyum melihat Anin yang begini. Dinan pergi meninggalkan Anin dengan senyumannya itu.

Anin berlari kearah Dinan yang niatnya mencegah Dinan untuk tidak keluar dari ruangan itu, namun ketika Anin ingin menjambak rambut Dinan, sat itu juga Dinan berbalik arah kepada Anin.

Anin kaget dan hampir terjatuh namun sayangnya Dinan telah memegang pinggul Anin agar tidak terjatuh.

"Gue bilang dari dulu gak usah banyak tingkah. Gak usah anggep gue sebagai bawahan lo. Gue cowok. Tetep harus lo hormat. Dan inget, gini-gini gue adalah anak dari Wirautama Airlines."

UNINVITEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang