3

86 6 2
                                    

Ketika Anin memasuki ruangan itu, Anin merasa ingin benar-benar pergi. Ia tak ingin membuat hatinya semakin sakit. Anin terus memperbolehkan lengan kanannya digenggam oleh Reyfal. Saat ini Anin membutuhkan perlindungan. Anin terus mengikuti langkah Reyfal. Tiba-tiba Reyfal berhenti.

"Loh kok? Nin?"

Tangan Anin semakin berkeringat. Ia tahu suara itu milik siapa, suara itu sangat familiar. Anin semakin takut untuk melihat kearah depan, ia memikirkan banyaknya kemungkinan jika ia melihat kedepan.

"Saat ini, dia sama gue." Ucap Reyfal dengan sangat tenang namun orang lain bisa mendengar pernyataan itu.

Mampus lo Nin, pikirnya.

"Nin? Kok bisa sama kakak gue sih? Lo gak cerita lagi sama gue?" Tanya Dinan yang penasaran Anin tak memperlihatkan mukannya.

Dengan sekuat hati Anin, ia memperlihatkan mukanya kepada Dinan.

"Oh, hai." Balas Anin bingung.

"Hai? Ke gue?"

"..."

"Lo kenapa sih Nin?"

"Lah emang gue kenapa?" Ucap Anin dengan suara bergemetar.

Anin melihat ke pinggir Dinan, nyatanya Dinan sendiri. Mana cewek sialan itu sih, dalam hati Anin.

"Mata lo bengkak, lo sama kakak gue, lo gak jawab pertanyaan gue, perbedaan yang sangat drastis menurut gue." Ucap Dinan

Tak lama kemudian, wanita berparas cantik nan anggun mendekati kearah Dinan.

Ini pasti si cewek sialan itu, gumam dalam hati Anin.

"Oh iya, kenalin Nin, ini Siska, pacar gue." Ucap Dinan namun Siska sama sekali tak melirik Anin.

"Oh. Hi." Balas Anin

Belagu amat dah lo! Belum tau ya gue anak siapa? Gue sentil, mampus lo. Gumam dalam hati Anin.

"Kesannya gue kayak penonton ya?" Ucap Reyfal

"Ah, kak. Hi!" Ucap Siska kepada Reyfal.

"Sejak kapan gue jadi kakak lo?" Balas Reyfal dengan tenang namun membuat Anin terkekeh dan Siska menahan malunya.

"Udah kalian bicaranya?" Tanya Reyfal sambil melihat kepada Anin dan Dinan.

Anin dan Dinan hanya diam. Tepatnya Dinan melihat Anin dan Anin melihat Reyfal.

"Heh cewek ganjen!"

Sontak semua orang melihat kearah suara itu, begitupun dengan Anin. Anin mengerutkan dahinya.

Dah yakin pasti ini pacarnya si ini nih. Gue yang makan getahnya. Bener-bener mampus lo Nin! Gumam Anin dalam hati.

"Lepasin tangan pacar gue." Teriak wanita itu.

Anin melepaskan tangan itu namun dicegah oleh Reyfal.

"Gak buta kan? Aku yang pegang tangan ini, bukan dia. Dan aku juga yang nyuruh dia kesini. Bukan kalian. Hari ini, dia milik aku." Jelas Reyfal kepada Helsa.

Ketika Helsa hendak bicara, Reyfal langsung menyeret Anin agar tak berlalu lama disitu. Ia langsung pergi ke atap hotel itu. Di lift Anin hanya menunduk pasrah.

Anin melihat langit dan bintang sangat dekat.

Sepi. Dingin. Nyaman.

Anin benar-benar ingin kenyamanan suasana ini, bukan seperti di dalam tadi.

Anin langsung duduk di kursi panjang itu dan memejamkan matanya. Ia merasakan hembusan angin malam yang membuatnya tampak ingin tertidur tenang.

"Mudah-mudahan ini cuma mimpi. Perkara apa yang telah gue perbuat Tuhan?" Gumam Anin kepada langit yang indah.

UNINVITEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang