Amazing Love Story (Part 3)

62 9 0
                                    

Lima belas menit menempuh perjalanan, kami bertiga kini telah sampai di depan gerbang 101 School. Dari luar kita bisa menyaksikan betapa megah dan mewahnya sekolah milik Produce Company itu. Dimulai dari gerbang sekolah yang menjulang tinggi disusul tembok pembatas yang melingkari kawasan 101 School. Jika dilihat dari kejauhan, orang-orang akan berpikir bahwa ini adalah kawasan kerajaan dengan benteng kokoh yang mengitarinya.

Hendi melajukan mobilnya perlahan setelah melewati gerbang tadi. Kami melewati jalan menuju tempat parkir di sebelah utara gedung sekretariat. Di sepanjang jalan yang kami lewati, kami disuguhkan hamparan bunga tulip warna-warni yang sedang mekar. Indah sekali.

"Dek, kamu gabung sama anak-anak baru itu nanti." tutur Hendi kepada Fikri sambil menunjuk ke arah gerombolan murid baru.

"Kok gitu, sih? Nggak bisa langsung..."

"Nggak bisa, dek." potongku. "Tenang aja, disini nggak akan ada senioritas dalam MOS. Tanya aja sama Ketua OSIS-nya itu." mataku melirik Hendi.

"Iya.... Udah, ah. Jangan lama-lama, aku masih harus cek persiapan, nih." balas Hendi sambil menarik tanganku pergi.

Satu menit kemudian aku dan Hendi sudah bergabung dengan anggota OSIS yang lain. Fikri juga sudah berada di barisan anak-anak baru itu. Dengan sigap, Hendi melakukan briefing pada anggota OSIS lainnya. Jiwa kepemimpinannya yang tinggi itulah yang menjadi salah satu daya tariknya, di mataku.

"Oke, sekarang kita langsung ke tugas masing-masing." serunya pada akhir breefing.

Bagai mendapat sengatan yang menjalar, semua anggota OSIS segera bergegas melaksanakan komando. Menyisakan aku dan Hendi yang masih berdiri mematung di depan Gedung Sekretariat. Aku masih asyik mengamati satu per satu murid baru yang berjajar di depan kami. Hingga sosok gadis bertubuh tinggi semampai dan berwajah campuran itu mendekati kami. Hendi lebih tepatnya.

"Morning," sapanya. "Ini hasil pengecekan seluruh sarana dan prasarana kegiatan ini. Semua udah lengkap." ucap gadis itu menjelaskan.

"Makasih, Tiara." balas Hendi sembari menyunggingkan senyum.

"Oh ya, bisakah kau menemaniku ke markas OSIS? Aku harus mengambil beberapa barang di sana."

"Maaf, aku tidak bisa..."

"Pergilah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pergilah. Aku bisa mengurusnya sendiri." kata-kata itu mencuat begitu saja dari mulutku saat melihat wajah penuh harap Tiara. Seharusnya aku dan Hendi melakukan registrasi ulang bagi murid baru sekarang. Tapi biarlah. Seperti kataku, aku (tak) bisa mengurusnya sendiri.

***

Tanganku menari-nari di atas tumpukan kertas registrasi di hadapanku. Di seberang meja tempatku ini, antrian murid-murid baru itu memanjang bak ular. Regristasi ini dibagi menjadi 5 stan yang masing-masing terdapat 40-50 murid yang mengantre.

Semua berjalan lancar, hingga kudapati Fikri berlari ke arah stanku. Dengan nafas yang masih memburu dia menceritakan sesuatu. Mataku terbelalak. Seketika aku berlari tunggang langgang menuju tempat yang dia maksud. Kini sudah tak kupedulikan lagi tatapan protes dari murid-murid baru di antrean stanku tadi.

"Gimana bisa kayak gini?" Aku menyibak kerumunan. Melihat seorang remaja pria berkulit putih terkapar di tanah dengan cairan merah yang keluar dari hidungnya.

"Siapa ketua kelompok ini?" tanyaku memecah suasana.

"Tadi si ketua dipanggil sama kakak pembina. Sepertinya pengarahan untuk kegiatan hari ini." balas Fikri.

"Hanan.." ucapku mengeja huruf di nametag miliknya. "Tolong angkat dia ke posko kesehatan di dekat sekretariat, sekarang!" perintahku.

Belum sempat tangan-tangan itu mengangkat tubuhnya, aku mendengar suara batuk kecil dari bibirnya. Perlahan murid baru bernama Hanan itu membuka matanya. Sungguh, aku melihat kemilau cahaya dari mata indah dengan tatapan sayu itu. Terang sekali.

When I opened my eyes that day, I was seeing you as an angel in my life

Amazing Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang