Amazing Love Story (Part 7)

54 5 5
                                    

"As he read, I fell in love the way you fall asleep: slowly, and then all at once."

~John Green, The Fault in Our Stars~

06.05

Mentari baru saja beranjak dari peristirahatannya semalam. Burung-burung kecil pun masih bermalas-malasan di sarangnya. Sama sepertiku. Hari ini aku sengaja berangkat sekolah lebih awal. Bukan apa-apa, tapi aku malas melihat wajah Hendi hari ini. Rasa kesal masih mengendap pekat dalam hatiku setelah kejadian semalam.

Setelah berjalan kaki dari halte di dekat 101 School selama 5 menit, akhirnya aku menginjakkan kaki di halaman depan sekolah mewah ini. Di pos satpam, manik mataku menangkap sosok berseragam jas hitam legam dengan walkie talkie di genggamannya. Aku menganggukkan kepala untuk menyapa satpam sekolah itu. Lelaki paruh baya berbadan tegap itu juga memvalas dengan senyuman manis di wajah sangarnya. Sungguh kontras, pikirku.

Aku tak langsung menuju ke ruang kelas. Langkahku menuju sebuah taman berumput hijau dengan air mancur serta ratusan bunga tulip di sekitarnya. Taman ini terletak tepat di belakang gedung sekretariat.

Anak-anak 101 School biasanya akan berjubel di taman ini ketika istirahat tiba. Kuhenyakkan tubuhku pada sebuah ayunan di area taman.

Dingin menjalar ke tubuhku setelah telapak tanganku menyentuh pegangan ayunan yang terbuat dari besi itu. Dingin sekali, seperti hatiku.

"Excuse me," suara laki-laki beraksen inggris yang kental itu membuyarkan lamunan ku.

"Ya, bisa saya ban.. Oh, sorry, I mean."

"Jangan khawatir, aku bisa bahasa Indonesia" ucapnya memotong kalimat bahasa Inggrisku.

"Oh.. Oke." balasku singkat.

Suasana di antara aku dan dia sangat awkward.
Tunggu, aku menyebut laki-laki itu dengan kata "dia" barusan? Ya Tuhan, apa yang kupikirkan.

"What's your name?" tanyanya memecah keheningan. Dan tanpa sepengetahuanku, orang itu sudah duduk pada ayunan di sebelahku.

"Talitha Khairina, you can call me Talitha. Mmm... How about you?"

"Samuel, Samuel William" ujarnya singkat.

"Oke, aku harus pergi sekarang. Terimakasih untuk perkenalannya. Nice to meet you, Tal."

"Baiklah, silahkan. Nice to meet you too, Sam." timpalku dengan seulas tarikan di bibir yang menghiasi wajahku.

"I'll come to you as soon as possible. Believe me!"

Sosok laki-laki berkulit putih dan berhidung bangir bernama Samuel itu perlahan menjauh dan menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosok laki-laki berkulit putih dan berhidung bangir bernama Samuel itu perlahan menjauh dan menghilang. Betapa beruntungnya aku bisa bertemu dengan lelaki setampan itu di pagi yang justru menurutku buruk sebelumnya.

Aaaaaa.....

Aku bahagia sekali hari ini!!!! Semoga kita cepat bertemu lagi seperti yang ia katakan tadi. Semoga yang masih kusemogakan dengan baik.

***

Aku melirik jam tangan warna merah maroon yang bertengger manis di pergelangan tangan kiriku. Pukul 06.50. Dengan setengah hati, aku melangkah memasuki ruang kelas XI-MUSIK 1. Ya, di 101 School kami dibagi tidak hanya menjadi 2 jurusan tapi enamt jurusan : Sains, musik, teater, dance, hukum, dan sosial.

Mungkin bagi kalian hal itu terdengar lucu, tapi itulah kelebihan sekolah ini. Mereka menerapkan sistem pendidikan yang mirip di luar negeri yang hanya menuntut siswa untuk fokus pada satu bidang sesuai bakatnya.

Dan itu menyenangkan sekali. Setidaknya dengan masuk jurusan musik, pelajaran Matematika dan kawan-kawannya itu tak lagi menghantuiku.

Aku menarik sebuah kursi di baris ke 2 lalu meletakkan ransel biru dongkerku. Baru saja aku ingin duduk dan beristirahat sejenak, seseorang menahan lenganku kuat. Aku tersentak.

Dengan wajah kesal, aku menatap orang itu tajam sambil sesekali mencoba melepaskan lenganku dari cengkeramannya. Nihil. Lengan berotot itu terlalu kuat tenanganya jika dibandingkan dengan lengan mungilku.

"Nenek sihir, aku mau ngomong sama kamu!"

"Ngomong apa? Tinggal ngomong aja susah banget,"
jawabku ketus.

"Kamu kenapa ninggalin aku? Pake nggak bilang lagi kalo mau berangkat duluan."

"Terserah aku lah. Jangan ngatur-ngatur hidup orang, deh. Urus aja tu si ncy-ncy will itu!"

"Hah? Kamu ngomong apa, sih? Aku nggak ngerti." balas Hendi.

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Hendi, tiba-tiba Miss Rya telah memasuki ruang kelasku. Di belakangnya turut mengekor seseorang yang perawakannya tak asing bagiku.

Saat ia membalikkan badan untuk menghadap ke arah kami, darahku berdesir. Aku merasa diterbangkan dari kursiku ini menuju langit dan diiringi burung-burung kecil. Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam?!

"Good morning, students!"

"Good morning, miss," jawab seluruh ruangan serempak.

Telingaku mendengar suara bisik-bisik para gadis di kelasku. Tentu saja tentang sosok asing itu.

"Kalian tentu penasaran, kan, sama cowok ganteng di sebelah saya ini? Oke, perkenalkan, dia adalah murid baru di sekolah ini. Dia adalah peserta program pertukaran pelajar Indonesia-Korea yang akan tergabung di 101 School hingga 2 tahun ke depan. Silahkan perkenalkan dirimu!" jelas guru cantik berusia 27 tahun itu panjang lebar.

"Hello, My name is Samuel William. Kalian bisa panggil aku Samuel, Muel, Sam, Will, atau apapun. Nice to meet you, guys!"

Oh My God!!!

"Satu lagi, kalo mau panggil oppa juga boleh," ucapnya disertai senyum semanis gula itu.

***
Perkenalkan

BoA as Miss Rya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BoA as Miss Rya

Amazing Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang