2(Perfume)

18 3 0
                                    

Malam yang menyedihkan dia lalui sendiri, menanti sebuah kejutan yang membuatnya bahagia tersenyum terasa mustahil untuk terjadi.

Dengan malas ia merebahkan tubuhnya yang lelah dikasur pink polkadotnya.

Bergelut dengan kertas dan pulpen saja yang biasa ia lakukan untuk melampiaskan kejenuhannya.

Hidupnya begitu datar sampai-sampai untuk chatting dengan sobat-sobatnya pun tidak bisa, karna mereka tidak ada waktu untuk membalas chat darinya.

Menulis apapun yang ada difikirannya.

Entah apa yang membuatnya seketika sempat ia berfikir untuk menikah dengan bossnya sendiri membuatnya menggigit bibir bawahnya.

Garis demi garis menciptakan tulisan gila beserta gambar membuatnya tak jarang memunculkan muka gilanya.

Jam ke jam tidak menyadarkannya bila waktu sudah lewat dari jam tidurnya.

- - - - - - - - - - - - - - -

Kebiasaannya tidak merapihkan kamarnya membuatnya tak jarang kesulitan mencari barang-barang yang ia perlukan.

Tak jarang pakaian, underwear, tas, sepatu, dan segala macam make-up harus ia cari dengan setengah mati.

"Kemana aku menaruh rok creamku?astaga! Apa yang harus aku lakukan..?!" gumamnya frustrasi karna roknya itu.

Dalam keadaan yang bisa dibilang naked, hanya dengan menggunakan celana hot pantsnya dan tank-topnya ia mengobrak-abrik kamarnya.

Keinginannya tidak bisa diganggu gugat, bila ia ingin A harus A tidak boleh B.

Begitulah, padahal roknya bisa terhitung puluhan tapi namanya Joey ia menginginkan itu lebih dari apapun saat ini.

Padahal sekarang waktu sudah menunjukan pukul 07.55am.

"Yeah..! Aku menemukanmu. Akhirnya!"

Dan setelah memakainya ia mengambil dengan gerakan cepat semua berkas-berkas dan tak lupa tasnya.

¶¶¶¶¶¶

Ia berfikir apakah semua dasi membuatnya tampak gagah tanpa kesulitan memakainya?

Dengan dasi berbahan licin dan polos berwarna hitam ini ia mengalami gangguan pendengaran.

"Aku tidak mau seorangpun berniat untuk membetulkan dasiku. Sama sekali tidak ada."

Berusaha dengan segenap hati dan pikirannya, ia terus membuat dasinya tampah rapih tidak ada cacat.

Suara diluar sana mengganggunya membuatnya seringkali hampir frustrasi saat mencoba membuat dasinya rapih.

"Nick....!! Apa kau mendengarkan ku...??!! Cepat keluar dan ambil roti ini lalu pergi bekerja..!! Aku harap kau mendengarkanku..! Atau ku dobrak pintu kamar mu itu dalam 5 menit kalau kau tidak juga keluar dari kamar bau mu itu Nick..!" seru Ibunya merasa kesal anak ke-2 nya itu tidak juga berpamitan padanya dan bergegas untuk pergi bekerja.

Dari dalam kamar Nick sudah merasa frustrasi, dilihat dari caci makinya pada dasinya itu.

Hampir selesai, kemudian menurutnya sudah rapih ia bergegas keluar dari kamar yang menurutnya tidak ada kata 'bau' nya.

"Dasar ibu cerewet. Seorang direktur? Diatur seperti bayi. Aku bukan anak kecil yang mengompol dimalam hari dan dipagi hari minum susu dengan sereal berhadiah lagi ibu." gumamnya muram.

SEMUA BERUBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang