Jalanan yang ramai membuatnya sedikit kesulitan untuk tiba tepat waktu ditempat yang ia rencanakan dengan kliennya.
Begitu masuk ke dalam pertamina ia mengatakan untuk sebentar pergi ke toilet dan menitahkan petugas pertamina untuk menjaga mobilnya sebentar.
"Aku tak menyangka pria setampan itu mempunyai kotak tisu berwarna pink. Kau bercanda bung jas berwarna hitam dengan setali dasi cream. Dia sangat lucu." si petugas merasa geli melihat dari luar kotak tisu mobil itu berwarna pink.
Mendengar suara ketukan sepatu mendekat ia memalingkan wajahnya kepada pria bersetelan jas ini. Jangan sampai ia mendengar apa yang dikatakannya karna ia pasti tidak akan menerima tip.
Sambil tersenyum si pria berjas itu mengucapkan terima kasih. Dan memberikan selembar uang sebesar 100 dollar. Si petugas tersenyum lalu membungkukkan badannya dengan sopan.
"Tipnya terlalu besar sir."
"Ambil saja, anggap saja itu hanya 1 buah permen." jawab si pria berjas sambil tersenyum dengan khas membuat aksen Spanyolnya terlihat.
"Tuhan memberkatimu sir!" serunya.
Si pria berjas tersenyum ramah, lagi.
"Trims."
Masuk ke dalam mobilnya dan langsung melesat kencang bersama udara yang sejuk dihari selasa ini.
"Demi apapun mengapa aku terlalu semangat hari ini? Padahal ibu sudah berpidato layaknya presiden tadi." ucapnya saat mobilnya mengambil belokan ke arah jalan raya. Menampilan kekehan kecilnya.
¶¶¶¶¶¶
Langkah kakinya terhenti, nafasnya tertahan seolah oksigen berhenti mengalir dalam darahnya saat dirinya berdiri ingin memasukan file yang akan dia bawa untuk meeting pagi ini. Suara decitan pelan pintu terbuka membuatnya reflek menoleh kearah pintu.
Tatapan mata seorang yang ia dapatkan menciptakan aura yang aneh menurutnya. Tidakkah ia menyadari kalau aura itu membuat suatu dalam dirinya meluap, entah apakah itu ia tidak pernah memikirkannya.
Saat dalam diam seorang yang ia lihat itu berjalan ke arahnya, sejenak dunianya terhenti. Menatap bayangannya saja membuat ia berfantasi ria dengan apapun yang berhubungan dengan sosok yang saat ini sudah berada tepat dihadapannya. Sekarang.
"Uhh, huh. Im sorry Mr.Anger aku tak tahu kau secepat itu akan kembali." terlihat gelagat gadis itu merasa tak menyangka akan kehadiran sang Direktur.
Mr.Anger yang seperti manekin berjalan ini punya tatapan yang teduh membuat orang yang menatapnya akan nyaman.
"Selesaikan apa yang harus kau selesaikan. Karna lima menit lagi. Dia akan datang." perintahnya sangat formal.
"Uh, o-okay sir." secepat kilat yang sangat rusuh ia memasukan file-file yang akan ia bawa nanti, "yang ini, dan yang ini harusnya disini...-Uh tidak, ini salah susunan. Bukan, ini disini.. Dan ini disini, sehabis itu yang..-ini? Tidak, ini disini.. Lalu aku akan menaruh bagian ini disini...-Argh, kenapa ini disini..-Mengapa aku sangat bodoh..-Harusnya ini disini dan ini.."
"Bisa sekarang kita pergi keruangan meeting Miss Vellan kita akan telat." tegas boss nya melihat cara kerja managernya sangat lelet. Ya katakanlah seperti itu. Kemungkinan besar ia bisa saja ia salah menata semua file itu.