"MANTAP, 600rb, bor!"
"Gue 400rb!"
"Starbux bisa kali!"
"Santai. Entar Jordi yang beliin."
"Anjrit, kenapa gue?"
"Sekali-kali. Biar berkah."
"Judi mana ada yang berkah!"
"Ih, kamu kalau ngomong suka bener."
"Jijik, bangsat!"
"PANGGILAN UNTUK AKMAL FALAHUDIN VIJE SEGERA KE RUANG BK!" suara speaker kelas membuat beberapa siswi berdecak karena suara yang keluar seperti kaset kusut. Sang empunya nama sendiri menutup telinga untuk panggilan yang ditujukan padanya. Seluruh jiwanya hanya terfokus pada gadget di tangannya.
"VJ, conge. Dipanggil ke ruang BK!" sekretaris kelas angkat bicara.
"Gua yang dipanggil, kenapa lo yang ribet?"
"Speakernya berisik, anjir!"
"Mangapah?"
"SEKALI LAGI, PANGGILAN UNTUK AKMAL—"
"VJ!"
Menyerah. VJ mengangkat kedua tangan sehingga ponselnya jatuh begitu saja ke atas meja. Beberapa siswi menoleh dan hanya ditanggapi tatapan menantang darinya.
"SPP lunasin makanya, J." salah satu tangan Arul menepuk-nepuk bahu VJ.
"SPP gua udah bayar, bos, pakai KJP!" terkesiap berdiri, VJ merapihkan seragamnya sebelum ke ruangan konseling. "Udah ganteng belom?" tanyanya sambil membenarkan tatanan poni.
"Masih gantengan gue, sih," Arul menjawab.
"Ngehe!"
"Ngehe itu bukannya anu-anu, ya?"
"Itu ngew—"
"Sensor, oi, sensor!"
"Sok-sokan sensor. Nonton bokep ae resolusinya tinggi," celetuk Jordi.
"Jordi kalau ngomong suka bener, ya."
"Ribut sono ribut." VJ memakai ikat pinggangnya. Salah satu tangan merogoh laci meja, mencari dasi hitam miliknya. "Siapa yang nyolong dasi gua?"
Jordi berdecih, "Sok-sokan kehilangan, anying,"
"Serius, gila. Mau meeting nih gua." VJ berjongkok. Rupanya dia masih penasaran dengan isi laci mejanya. Mungkin saja dasinya ada di ujung sana. "Ya, parah! Dasi temen sendiri sih masih dicolong. NGAKU, KEK, WOY!"
"Kebuang kali sama Pak Jul," kata Arul.
"Dikira tuh dasi dibeli pake bulu ketek. Main asal buang aja."
"Bukannya lo beli pake bulu jembut, ya, J?" ujar Jordi
"Ngelawak, Mas?"
"Ngeliwik."
Karena tidak menemukan dasi hitam, VJ mengambil tas Jordi lalu mengambil dasi hitamnya. "Pinjem," katanya, lalu segera berjalan ke ruang BK, mengabaikan protesan temannya itu.
* * * * *
"Iya, Bu. Nanti juga dilunasin sama Emak saya," sandaran tangannya pada badan bangku membuat guru BK itu menggelengkan kepala.
"Dikit lagi udah mau Ujian Nasional, lho," Bu Diwi memberitahu.
"UN berapa bulan lagi sih, Bu?"
"Dua bulan lagi, VJ. Jangan bilang kamu nggak pernah lihat kalender?"
"Tau aja si Ibu. Saya mana pernah lihat gituan."
Bu Diwi menghela napas melihat sikap anak didiknya ini. Guru berkerudung yang sudah berkepala tiga itu mengambil selembar kertas dan mengisi sesuatu di sana. "Kasih ke orang tua kamu!"
"Siap, Bu!" VJ bangkit dari duduknya, lalu pamit undur diri dari ruang BK. Begitu keluar ruangan, dia melihat salah satu rivalnya yang juga—baru saja—keluar dari ruang guru berjalan ke arahnya. "Mau ke mana lo, Banci?"
Orang itu berhenti di hadapan VJ. "Lo ngomong sama siapa?"
"Sama Banci yang lagi berdiri di depan gua!"
"Pft, banci teriak banci."
"Jelas elo yang banci. Mana ada cowok pakai soflen!"
"Mata-mata gue, kenapa elo yang repot! Sirik?"
VJ bergidik. "Amit-amit kutil kuda gua sirik sama lo!"
Suara tepukan yang berasal dari belakang lelaki itu membuat mereka berdua mengalihkan pandangannya ke sumber suara. "Pacaran mulu lo berdua!"
"NAJIS!" sorak mereka berdua bersamaan.
"Tuh kan. Udah dah kawin aja lo berdua!"
"Lo belum pernah kelilipan sepatu, ya, Pak Ketos?" ujar VJ.
"Belum, tuh. Mau dong kelilipan sepatu—"
VJ langsung melepas sepatunya dan melemparkan ke Adit—si ketua OSIS.
"SAKIT, SUEK!"
"Hadiah spesial dari gua untuk Pak Ketos tercinta."
Adit mengusap-ngusap lengannya yang terkena lemparan sepatu VJ. Dia mengambil sepatu kakak kelasnya itu lalu melempar balik ke empunya sepatu yang ternyata meleset: sepatu itu malah mengenai pintu ruang BK.
"Mampus. Bu Diwi keluar, habis lo, ketos gadungan!"
Sang ketos bodo amat. Lalu terpikir ide jahil di dalam kepalanya. "Gue juga punya hadiah spesial buat lo, VJ, sang kakak kelas tercinta." lalu, tanpa aba-aba kedua tangan ketos itu mendorong manusia di depan VJ sehingga kehilangan keseimbangan dan berakhir jatuh bersama dengan VJ. Menarik napas, lalu dia berteriak, "ANJRIT, JAY SAMA VJ HOMOAN, GUYS!"
"KAMPRET!"
×××
Silahkan tinggalkan feedback💞 | Candy, 4.10
KAMU SEDANG MEMBACA
JAV VS JAR
القصة القصيرةSuatu ketika, di sebuah ruangan kosong-merangkap gudang-mereka membuat perjanjian absurd berupa, 'yang kalah adalah dia yang mengaku kalah, baik secara tersurat ataupun tersirat, dalam konteks apa pun. Baik sebuah pertemanan atau hubungan lainnya. D...