Precious Gift [Namjoon]

320 23 4
                                    

"What is your shoes colour?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"What is your shoes colour?"

"Blue!"

"No, it's red, baby boy."

Dua pasang kaki bersepatu converse merah melangkah beriringan di depanku. Mereka memakai atribut kembar dari ujung rambut sampai kaki. Asyik tenggelam dalam percakapan sendiri, terutama membahas soal warna -seolah topik yang sangat penting setara dengan headline surat kabar. Aku mengekori di belakang saja sembari menikmati es krim.

Baru-baru ini jagoan kami memasuki taman kanak-kanak, ia banyak berbaur dengan half korean karena sekolah berlabel internasional. Kim Namjoon -suamiku, ingin menyalurkan keahlian bahasa Inggrisnya pada Hyojun. Ia tidak ingin mengandalkan guru di sekolah anaknya saja, makanya dia membiasakan bocah itu untuk berbicara bahasa inggris di rumah, kecuali kalau nenek kakeknya datang berkunjung. Namjoon juga lebih setuju jagoannya mengenyam pendidikan dengan sistem internasional.

Anak kami belum genap lima tahun, namun aku sudah melihat darah keluarga Kim mengalir deras padanya. Ketika aku melihat wajahnya lagi, ditambah menghadapi kelakuannya tiap hari -aku merasa menghadapi duo monster yang berhasil mencuri hatiku. Monster kecil yang melengkapi kebahagiaan keluarga ini lima tahun lalu.

Dan segera bertambah satu lagi keributan di rumah, saat aku merasakan tendangan kecil di perut bagian bawahku.

"Namjoonie, sebentar, kita istirahat dulu di sini." Tanpa menunggu persetujuannya ia sudah mendapatiku duduk di salah satu bangku kosong terdekat. Namjoon meletakkan paper bag di pinggiran bangku, kemudian mengelus perutku lembut. Rautnya sedikit khawatir dan aku hanya berbisik, "Dia menendang."

"Wae? Why? What happen, Mommy? Hyojun segera menyerbu dengan rentetan pertanyaan khas-nya saat penasaran perihal sesuatu. Ia beringsut mengambil tempat duduk di sebelahku dengan agak kesusahan menaiki kursi.

Akhirnya Namjoon membantu jagoan kecilnya sembari menjawab, "It's fine, Hyojun. The baby is getting tired, so we need to stop a while, okay?"

"Oh, I see, Dad," balas Hyojun mengangguk paham. Ia mengikuti perilaku daddy-nya tadi yang mengelus perutku. Pikirannya masih murni, ia sering mengikuti apapun yang dilakukan orang sekitarnya, terutama sang ayah. Jika melihat Namjoon sedang berlatih rap di studio, ia ikut berguman tak jelas seolah menantang ayahnya. Kalau melihat Namjoon menyelesaikan buku, ia ikut menarik handout sekolah dan membaca bersama di ruang tengah. Hyojung termasuk pintar, ia lancar membaca di umur empat tahun.

Namun tetap saja anak itu terlihat sangat polos sekaligus menggemaskan ketika bertanya, "Is the baby need something to eat? We haven't eaten anything for lunch."

Namjoon sampai terkekeh mendengarnya, senyumnya menimbulkan dua cekungan di pipi.

"Aaa... right, honey. Mommy sampai bisa mendengarnya merengek minta makan," jawabku. Hyojun berguman 'benarkah?' lalu dengan polos menempelkan telinganya di perut buncitku. Ia mengeriyitkan dahi ketika tidak mendengar apapun.

Daddy! [BTS Series]Where stories live. Discover now