Travelling Pt. 4 [Taehyung]

238 21 1
                                    

Taehyung dimana?

Pinggulku terasa kosong, tak ada lagi sepasang lengan besar yang selalu melingkar erat di sana. Dalam kegelapan kujamah permukaan seprai sejauh yang bisa dijangkau. Tidak ada.

Samar-samar terdengar kicauan burung yang memaksaku membuka kelopak mata. Sinar mentari menerobos vitrase jendela sontak menerangi pandangan. Sebagian biasnya terhalang dedaunan dari tumbuhan hijau di depan. Hingga cahayanya tak begitu terik sekaligus sejuk. Begitulah hawa setiap pagi di Ubud.

Saat hendak mematikan pendingin, aku juga tak melihat setitikpun keberadaan putri mungilku, Taegeuk. Sebenarnya sempat kukira kicauan burung tadi adalah ocehannya, efek nyawa yang masih awang-awang. Namun yang kudapati hanyalah ranjang bayi kosong, menyisakan selimut kecil bewarna biru langit yang berantakan. Ke mana mereka?

Aku memutuskan menuju kamar sebelah milik putra-putraku. Suara derit pintu geser mengawali ucapan selamat pagi, "Taekwon-ah? Taegi-ah? Ireona!"

Kedua gundukan itu semakin membulat, enggan untuk beranjak. Sebuah tangan mungil menyembul lengkap dengam kelima jari direntangkan. Lantas kembali masuk ke gundukan seperti kepala kura-kura.

"Lima menit Mom," jelas suara lesu itu.

Aku menghirup napas dalam, sedangkan mereka langsung menggerutu saat mendengar suara beep panjang dari pendingin ruangan.

"Aaaah jangan dimatikan Mom!"

"It's time to wake up boys." Mereka langsung mendesah sebal sembari menyingkirkan selimut. Taekwon tahu ia harus menurut jika aku sudah menggunakan bahasa inggris bernada rendah.

Aku menciumi jidat mereka sebelum mencubit hidung bangir itu satu per satu.

"Setelah bebersih langsung naik ke dapur ya, kalian mau sarapan apa?" tanyaku.

Mereka menggeleng malas. Astaga susah sekali dua bocah ini.

"Mau nugget? Sereal? Omelet?" tanyaku sembari mengabsen belanjaan kami kemarin. "Taegi kemarin beli sereal, harus dihabiskan ya. Kamu selalu kepingin mainannya saja. Aish."

Anak tengah itu langsung mengelak macam-macam. Sedangkan Taekwon berusaha menyeret dirinya untuk sekedar turun dari ranjang.

"Tidak ada usulan buat Mommy? Oke, sereal ya sayang," sahutku sembari menaiki tangga menuju dapur. Namun aku bisa mendengar teriakan Taekwon yang sedang menggosok gigi, "Pakai banana milk yang kemarin Mom!"

"Nee!"
.
.
.
.
Sinar matahari yang hangat ditambah embun di rerumputan pagi, juga udara yang masih segar dan bersih, adalah waktu yang tepat untuk menjemur para bayi. Setidaknya ini tradisi yang aku ketahui selama tinggal di sini. Begitulah yang kupikirkan saat melihat sepasang siluet familiar dari kejauhan.

Senyumku mengembang, mendapati Taehyung di luar kompleks villa bermain-main dengan bayi mungil di gendongannya. Jalan setapak itu diapit deretan bunga kamboja putih dan pematang sawah yang hijau ditanami padi. Aku bahkan melihat sekilas titik-titik embun di tiap pucuknya berkilauan tersiram cahaya mentari.

Taehyung yang besurai karamel dalam balutan sweater putih kebesaran, celana kain longgar dan sandal hotel nampak asik bercengkrama dengan Taegeuk di gendongannya. Sebelah tangan memegang bunga kamboja yang dia mainkan di depan bayi itu seolah boneka tangan.

"Pusingmu sudah baikan Mom?"

"Setidaknya ucapkan dulu selamat pagi atau apa gitu."

Taehyung terkekeh dan meringsut ke arahku. Kecupan singkat di bibir mengawalinya. Hampir bersamaan saat ia diam-diam menyematkan bunga kamboja tadi di telinga kananku. Bibir tipisnya mengulas senyum manis.

Daddy! [BTS Series]Where stories live. Discover now