Aku hanum. Gadis desa biasa yang hidup ditepi Sungai Musi. Kini aku tengah dilanda kerinduan. Sudah lama aku tidak berjumpa dengan lelaki yang begitu aku kagumi. Lelaki itu adalah Faza. Bujang kota, yang tinggal didesa sebelah di seberang Sungai Musi bersama neneknya.
Aku begitu menyayanginya, tapi entahlah dengan Faza. Selama ini kami sering kali memadu janji. Setiap akhir pekan kami akan bertemu.
Semua kerinduan ini berawal dari sulitnya kami untuk bertemu. Karena kami dipisahkan oleh luasnya Sungai Musi, kami memanfaatkan satu satunya jembatan tua untuk saling bertemu.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Hujan deras yang mengguyur Sungai Musi selama 3 hari 3 malam menyebabkan air sungai meluap. Banjir yang begitu tinggi, datang dan menghanyutkan jembatan tua itu.
Hatiku hancur selepas mengetahui jembatan penyatu kami hanyut terbawa arus. Itu tandanya kami tak akan dapat bertemu untuk waktu yang pasti akan lama. Untuk menyebrangi Sungai Musi hanya bisa dengan menggunakan perahu ukuran besar, karena sungai itu dihuni oleh buaya buaya yang ganas.
Aku memendam kerinduan yang tiada ujung. Aku sering kali berdiri ditepian sungai dengan harapan faza akan datang menemuiku. Namun harapan hanyalah harapan. Faza berasal dari keluarga miskin, tak akan mungkin mampu membeli perahu atau membuat perahu dengan ukuran besar. Bahkan untuk sekedar menyewa pun dia tak akan mampu membayarnya."Faza aku sangat ingin betemu denganmu. Apa kau juga merasakan hal yang sama sepertiku?". Desahku.
Rasanya Aku ingin menemuinya dan mengatakan bahwa selama ini aku sangat mencintainya. Aku ingin memilikinya. Tapi semua itu tak akan mungkin terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Sia Sia (Pohon Cinta)
Novela JuvenilArti sebuah pengorbanan. Cinta itu bukan seputar memiliki dan dimiliki. Tapi didalam cinta juga harus ada pengorbanan. Ini bukan sekedar pengorbanan biasa, tapi pengorbanan yang tidak akan dilakukan jika tidak benar benar mencinta. Pengorbanan dan p...