Pagi masih merintik. Tapi gemuruh hati Bram masih tersisa. Disambarnya kunci Aylanya. Kebiasaanya setiap pagi, Namun selalu berbeda setiap melewati malam yang dihiasi hujan.
Bram selalu berharap hatinya ikut perlahan menghangat seperti mesin Aylanya yang perlahan-lahan menghangat, kemudian panas dan siap untuk diajak menyusuri jalanan yang lebih sering membutuhkan keasabaran ekstra karena padatnya.
"Mas, sarapannya sudah siap" nada riang Win dari dapur memanggilnya. Bram bergegas masuk.
Sesaat sebelum mencapai pintu dapur sekelebat matanya menangkap Vespa antik tua yang Bram tahu Win masih merawatnya dengan sepenuh hati.
Hati Bram kembali bergejolak. Namun Bram segera bergegas ke dapur. Seporsi nasi goreng pedas dengan telur ceplok berbentuk hati dan segelas teh hangat sudah tertata rapi dimeja. Seporsi sarapan hanya untuk Bram.
Win hanya akan sarapan sebuah apel atau segelas jus tomat. Menurutnya itu lebih bagus untuk menjaga keidealan tubuhnya.
Bram mencoba menikmati sarapan sendiri, ketika Win tiba-tiba masuk ke dapur.Mengambil beberapa telur dari kulkas, terigu dan gula Dari lemari dapur dan beberapa bahan lainnya. Kemudian meracik telur dan gula dan menyatukannya di dalam mixer.
"Enakkan Mas nasi gorengnya?" sahut Win masih asyik dengan adonannya. Bram tak menjawab.
"Bikin kue kesukaannya lagi Win?" Tanya Bram meski sudah tahu jawabannya. Win mengangguk tanpa menoleh. Bram menghela nafas.
"Aku libur hari ini, aku mau pergi memancing dengan Toni Win," ujar Bram setelah menghabiskan sarapannya.
Kebiasaan Bram jika hatinya sedang tidak nyaman di rumah, menghabiskan waktu dengan memancing. Win kembali hanya mengangguk.
Bersambung