Awal Segala ~~~
Pagi ini terasa lebih cerah dibanding hari-hari biasanya, entah kenapa tapi hari ini rasanya berbeda. Setidaknya bagi Elyana.
Gadis yang kerap disapa Ana itu kini tengah berjalan mencari taksi yang biasa mangkal di depan persimpangan perumahan tempat tinggalnya. Tak butuh waktu lama, Ana segera menemukan taksi yang ia cari dan menaikinya.
"Ke SMA Bhakti ya pak," ujar gadis itu sopan.
"Iya mba," jawab supir taksi itu singkat dan langsung melajukan mobilnya perlahan.
Ana kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan dari balik jendela. Gadis itu menopang dagunya menggunakan tangan kiri yang ia taruh disamping pintu, perlahan menghela nafas pelan. Entah apa yang gadis itu fikirkan.
Kelopak matanya terlihat menyendu dengan garis wajah yang terlihat mengendur, padahal hari ini adalah hari yang cerah.
Sepanjang perjalanan indranya hanya terfokus pada pemandangan kota dari balik jendela, tak bersuara sama sekali membuat Pak Supir yang mengendari taxi merasa penasaran dan meliriknya sesekali dari kaca spion diatasnya, guna memastikan.
Barangkali gadis itu ternyata tertidur.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di sekolah, hanya memakan waktu kurang lebih sekitar lima belas menit.
Setelah sampai Ana segera berjalan memasuki sekolah yang masih lumayan sepi, karena memang jam masuk sekolah masih sekitar setengah jam lagi.
Gadis dengan rambut hitam panjang sebahu itu tidak langsung memasuki kelasnya, melainkan ke taman belakang gedung sekolahnya. Ia mencari tempat yang nyaman untuk memakan bekal yang sudah gadis itu bawa dari rumahnya, bekal yang dibuatkan oleh Bi Anis untuknya, karena gadis itu tidak memakan sarapannya di rumah.
"Kayanya makan disini aja kali yaa," ucap gadis itu, lalu mendudukan dirinya dibangku taman tersebut.
"Bi Anis bawain apa yaa?" tanya gadis itu pada dirinya sendiri. Lalu perlahan dia membuka tasnya dan mengambil kotak bekal itu dan membukanya. Ana hanya tersenyum menatap kotak bekalnya, dan tanpa berfikir panjang langsung melahap sandwich yang ada di hadapannya.
Beruntung tempat ia makan bekal saat ini tidak begitu banyak dilewati oleh murid lain, jadi Ana bisa leluasa.
"Ngapain lo disini sendirian?"
Ana terperanjat mendengar suara cempreng yang sudah ia hafal betul, Celine.
"Berisik lo ahh, sakit kuping gue," kesal Ana dengan wajah kagetnya.
"Aahh, maap maap," jawab Dela -panggilan akrab gadis itu, lalu mendudukkan dirinya disamping Ana, "ngapain lo disini?" tanya Dela sekali lagi, kali ini dengan suara pelan sembari memandang kearah kotak bekalnya gadis itu, "idih, sarapan gak ngajak-ngajak yaaa, gtu sekarang oke."
"Anjir, pundungan banget jadi cewe lo," oceh Ana sembari menyodorkan kotak bekal yang masih tersisa sandwich disana, Dela mengambilnya dengan cepat dan langsung memakannya.
Mereka berdua hanyut dalam fikirannya masing-masing, dan tentu saja masih dengan aktifitas mengunyah sandwich, sampai akhirnya salah satu dari mereka membuka suara.
"Akhir-akhir ini gue perhatiin kayanya lo lebih sering sarapan disini, " ujar Dela membuka pembicaraan, lalu kembali mengigit sepotong sandwich ditangannya. "Gue kasih tau yaa, gak baik tau musuhan terus," lanjutnya sambil terus mengunyah.
Ana menghela nafas pelan sebelum menjawab, "gapapa, enak aja disini, nyaman, tentram gak ada yang ganggu," Celine menatap sahabatnya itu lekat dengan raut wajah tak terbaca. "Awas naksir lo," celetuk Ana asal merasa diperhatikan yang sontak saja membuat Dela mengumpat jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wave
Teen FictionPenasaran sih wajar, tapi kalo malah bikin jadi makin baper mah itu udah gak wajar lagi sih. Cowo jangkung, cool, ganteng, kulit putih bersih meskipun gak terlalu pinter. Kaffa Rajidan punya sejuta pesona, kalo dia mau tuh cowo tinggal tunjuk aja c...