Aku pengagum senja, entah sejak kapan. Namun seingatku, aku mulai menyukai senja saat kau patahkan harapan-harapan kecil di hatiku, harapan bersamamu.
Aku masih ingat dengan jelas, saat senja hari itu di pantai Toronipa. Kau dengan senyum merekah mendekat ke arahku, duduk disampingku yang sedang sibuk menghitung debur ombak. Setangkai bunga mawar pink tergenggam ditanganmu, nampaknya kamu begitu tau warna kesukaanku.
Malu-malu kau berikan bunga itu padaku, sambil berbisik lembut "maukah kau menikah denganku?"
Siapa yang tak kaget mendengar itu, kamu tau kita berteman sudah sejak lama, dan sejak lama pula aku memimpikan hal itu darimu. Aku yang hanya berani mencintaimu didalam diam.
"Akankah dia bereaksi sepertimu?" Tanyamu membuyarkan mimpiku seketika
"Dia??" aku memandangmu, sedang kau sibuk menatap jauh ke arah laut seolah menebak seperti apa reaksinya nanti
"iyya, mungkinkah Mey akan bereaksi sama sepertimu?" kamu menoleh ke arahku. Aku hanya terdiam, berusaha menyeka air mata yang sebentar lagi membasahi pipiku. Aku kembali tersenyum meski sedikit nyeri dihatiku.
"Hari ini aku akan melamar Mey" Katamu lagi sambil memamerkan cincin yang sudah kamu siapkan untuknya.
"iya,, Mey akan menerimamu. Berbahagialah" kataku
Aku memalingkan pandangan pada senja yang sebentar lagi akan pergi berganti malam, kita terdiam.
Mungkin, saat itu aku jadi pengagum senja. Aku menyukai senja saat aku merindukanmu, aku menyukai senja yang membuatku bermimpi tentangmu, aku menyukai senja saat hatiku hancur karenamu, dan aku menyukai senja yang membuatmu pergi dariku.
Aku suka senja. Dari senja aku belajar untuk menerima dan percaya. Senja rela melepas pagi untuk malam dan percaya bahwa malampun akan berganti pagi. Seperti aku rela melepaskan cinta dihatiku untukmu dan percaya bahwa seseorang yang baru akan datang untukku..#Misra, 12 September 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Aprilia Diary
PoetryKumpulan cerita tentang kehilangan kehilangan yang membuat hati semakin kuat