Tak Seperti Katanya (Senja Part 2)

107 4 0
                                    

Dia datang padaku saat temaram bintang d langit malam itu mulai mencul satu persatu.
"dia menyakitiku" katanya membuka pembicaraan. Aku tak mengerti dengan ucapannya saat itu, yg aku liat matanya begitu sendu, begitu banyak kecewa yang dia pendam.
Aku hanya diam, takut membuka pembicaraan
"Semuanya rumit,, sangat rumit.. Aku hanya tak menyangka akan seperti ini" dia mulai kembali merangkai kalimatnya.
"Katanya dia menyayangiku, katanya diapun akan setia, katanya dia hanya menungguku,, katanya hanya aku yang akan menjadi imamnya nanti. Tapi kenapa ada orang lain yang mengisi hatinya? Kenapa bukan aku saja?" Dia terlihat lelah mengucapkan kata kata itu.
"Setelah tiga tahun kami bersama ternyata ada orang lain yang juga mengisi hatinya, ternyata semua tidak seperti katanya" dia terdiam,, menerawang di langit malam.
Ku beranikan sedikit bertanya padanya
"May kenapa?"
"hufftttt" Dia menghela nafas panjang
"May menolak lamaranku"
Aku berbalik ke arahnya, menatap dalam matanya
"Kenapa May menolaknya?" tanyaku penasaran
"Dia memilih lelaki lain" Jawabnya datar
"Sudahlah,, dia toh memilih lelaki itu. Semua memang tak semanis kata katanya dulu" Aku mengambil teh yang sudah ku buatkan untuknya
"minumlah" kataku menyodorkan padanya, berharap manis teh malam ini akan sedikit membuat manis mood nya.
Cahaya bintang sudah mulai redup, setelah berpamitan pada orang rumah, dia segera pulang.
Esoknya dia kembali dengan cerita yang sama, besoknya lagi, besoknya lagi, besoknya lagi,, sampai entah hari ke berapa, tak lagi ku liat gurat sendu dimatanya, tak lagi ku liat rindu yang menggebu untuk May.. Dia kembali tersenyum.Aku bahagia melihatnya kali ini, dia kembali seperti sahabat yang aku kenali.

"Maukah kau menikah denganku" pertanyaaan itu tiba tiba terucap lagi olehnya, saat kami sedang duduk santai bersama kedua orang tuaku. Sungguh ini membuatku kaget
"wanita mana lagi yang akan kamu lamar kali ini? Kenapa selalu aku yang jadi contohnya" kataku kesal, wajahku mulai cemberut. Orang tuaku hanya melihat kami dengan senyuman.
Dia mendekat kearah orang tuaku
"ayah, ibu, izinkan aku meminang anakmu, aku ingin dia menjadi ibu dari anak anak ku nanti. Mungkin, aku takkan bisa menjaganya seperti kalian menjaganya, tapi izinkan aku untuk membuatnya bahagia"
Air mataku menetes seketika mendengarnya, ada haru di hatiku. Ku lihat ayah dan ibuku, merekapun berkaca kaca mendengar itu.
Ini pengungkapan yang sempurna bagiku. Aku menyukainya.

Terimakasih May, kamu telah melepasnya, kamu telah mengizinkan dia menjadi imamku. Apa yang kamu katakan padanya dulu mungkin hanya kebohongan, tapi tak seperti katamu, aku akan berusaha jujur padanya, menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak anak kami kelak.

Aprilia DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang