* 3 *

1.6K 209 16
                                    


"V? Aku suka nama itu" aku melihat senyum kotaknya, manis sekali. "baiklah, itu nama barumu sekarang"

"woahh.. Aku punya nama!!" girangnya berlari mengelilingi toko.

Karena sudah menunjukkan jam makan siang, aku segera mengambil buah aple dan langsung menyodorkannya pada V.

Seperti semalam, ia sangat lahap menikmati buah merah itu. Kembali menatapnya, aku sangat suka bola mata biru miliknya.

Terlihat sangat indah juga cantik, seandainya aku punya mata seperti itu.

Hari-hariku berbeda dari biasanya, karena V aku sangat terhibur saat di toko tanpa Jessica.

Seperti biasa, sore harinya aku memetik beberapa bunga segar untuk di pajang dalam toko.

V masih mengekoriku dan langsung mendekati tanaman mawar, apa bunga merah itu sangat menarik untuknya?

Ketika di kumpulan bunga matahari, aku mendengar suara gaduh dan menoleh cepat ke arah V takut-takut dia melakukan sesuatu.

Tapi lelaki pirang itu masih sibuk dengan mawarnya, aku menajamkan pendengaran dan menyipitkan ke arah hutan terlarang.

Aku yakin suara itu berasal dari sana. Baru dua langkah, aku mundur kembali dan menggelengkan kepala.

Kehadiran V sudah cukup membuatku susah, bagaimana jika ada makhluk sejenis V di sana? Bisa-bisa uangku habis untuk membeli apel saja.

Buah itu sedang naik di pasaran. Lagipula bukan urusanku juga, merasa sudah mendapatkan cukup bunga, aku langsung mengajak V untuk pulang.

"akhh!!!" jeritan seorang gadis menghentikkan langkah kakiku, "ada apa?"

"kau pulang duluan saja" pintaku menyerahkan keranjang anyaman yang sudah penuh dengan bunga pada V, "kau mau kemana?"

"aku harus memeriksa sesuatu" jawabku menjauh.

Aku tidak salah dengar, barusan tadi adalah suara gadis. Menarik nafas panjang tepat di depan perbatasan, sedikit ragu karena hutan terlarang sangat gelap.

Aku merasa aura yang mengerikan saat ini, berbeda saat aku menolong V waktu itu.

Jantungku berdegup kencang saat petir yang tiba-tiba menggelegar, awan hitam mulai memenuhi langit membuat sekitarku jadi gelap.

Ada apa ini?

Mencoba menenangkan diri, tanpa sadar aku sudah melewati perbatasan. Mati aku!

Dasar bodoh! Sok berani! Apa aku sedang berlagak jadi pahlawan saat ini?

Merutuki diri sendiri sembari memukul kepala karena tingkah sembrono yang kuambil. Harusnya tadi aku pulang saja dengan V.

Melangkah lebih cepat, tiba-tiba sebuah tangan menggenggam kakiku dan membuatku tersungkur menatap akar pohon yang besar.

Sial! Kepalaku meneteskan darah segar, dan terasa sedikit pusing karena benturan yang cukup kuat.

Mengedarkan pandangan, aku sudah melihat seorang gadis dengan gaun yang sudah kotor juga sobek di sana-sini.

"tolong aku" lirihnya menutup mata perlahan, ia tidak sadarkan diri dengan tangan yang masih memegangi jemariku.

"aish" desahku bangkit dan menggendong tubuh mungil itu di atas punggungku.

Siluet hitam melintas dan berhenti tepat di hadapanku. Apa lagi ini? Pandanganku sudah buram dan tidak bisa melihat jelas benda apa barusan.

Bayangan gelap itu mendekat dan semakin dekat. Tangan dinginnya menyentuh wajahku, sangat dingin. Seperti es yang beku.

Guardian (Black Angel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang