Inara melangkahkan kakinya menuju kelas 11 IPS 1. Baru dua hari dirinya menjadi murid kelas sebelas. Inara memilih jurusan tersebut karena dia tidak suka banyak menghitung dan menatap rumus-rumus rumit yang membuatnya pusing sendiri. Ia lebih merasa baik untuk memilih jurusan ini. Karena juga ada tujuan ia masuk jurusan IPS yaitu untuk cita-citanya.
Setibanya di ruang kelasnya yang baru itu, Inara langsung menaruh tasnya di atas meja, lalu ia keluar kelas untuk menjumpai Asya yang berbeda kelas dengannya. Dan saat sudah berada di depan kelas 11 IPA 3, Inara bertanya pada salah seorang siswa lelaki yang sedang mengobrol pada temannya itu.
"Eh, Asya udah datang nggak?" tanya Inara pada cowok yang ia tidak tahu namanya siapa. Cowok itu menoleh ke dalam kelas dan menjinguk mencari keberadaan Asya disana.
"Nggak ada, belum datang deh kayaknya." Jawab cowok itu. Inara mengangguk kemudian kembali ke kelasnya. Bertepatan dengan kakinya yang baru selangkah masuk ke dalam kelas, bel masuk berbunyi. Murid-murid yang tadinya sedang asik berada di luar, buru-buru masuk ke dalam kelas mereka masing-masing.
"Dari mana, Na?" tanya Ratna. Cewek yang sekarang menjadi teman sekelas juga teman sebangku Inara sekarang.
"Dari kelasnya Asya tapi dia belum datang." Jawab Inara. Kemudian Inara mendudukkan dirinya di kursi. Saat sudah duduk Inara merasakan kursinya sedikit goyang dan ada sesuatu yang mengganjal. Inara kembali berdiri dan melihat bahwa kursinya itu nampak tidak sebagus kemarin dan ada pula paku yang muncul ke permukaan.
"Kenapa Na?" tanya Ratna melihat Inara berdiri.
"Nggak tau nih, pakunya nimbul. Perasaan gue ini kursi aman-aman aja deh kemarin." Ucap Inara juga heran.
"Yaudah, mending lo tuker aja kursi lo ke gudang. Bahaya nih kalau rok lo nyangkut." Ujar Ratna. Inara mengangguk, namun ia terpaksa duduk kembali karena walikelas mereka yaitu Bu Devi memasuki ruang kelas.
Seusai memberikan salam kepada Bu Devi, Inara langsung meminta ijin untuk menukar kursinya tersebut ke gudang.
"Mau gue bantuin nggak?" ujar Ratna.
"Nggak usah, ini ringan kok." Jawab Inara.
"Gudang jauh loh. Mending lo minta bantuan laki-lakinya deh." Kata Ratna lagi.
Inara mengangguk. "Adera, gue minta tolong dong bantuin gue tukar kursi ini ke gudang." Ucapnya pada Adera yang duduk di belakang Inara.
"Oke." Kemudian Adera berdiri dan membantu Inara menukar kursinya ke gudang.
Di gudang ada beberapa kursi yang tersusun disana. Inara mencari kursi yang bagus untuk di tukarnya. "Yang ini aja deh, Der. Tolong bawain ke kelas yah." Ujar Inara menunjuk kursi tersebut. Kemudian Adera segera mengangkatnya menuju kelas.
Ketika Inara keluar dari gudang lalu menutup pintunya kembali, tak sengaja Inara melihat seseorang yang sedang duduk di kursi tak jauh dari gudang tersebut. Inara heran apa yang dilakukan orang itu sementara semua murid masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Penasaran, Inara berjalan mendekat ke arah gadis tersebut yang duduk membelakangi dirinya.
"Lo kok masih di luar? Kenapa nggak masuk kelas?" tanya Inara. Kemudian cewek tersebut membalikkan tubuhnya dan menatap Inara. Inara pun langsung terkejut dan segera mempercepat langkahnya menuju kelas.
Haloo kawan-kawannn....
Indigo pair balik nih😁 setelah sekian lama bingung harus kayak gimana ceritanya kali ini, akhirnya indigo pair yang kedua aku update juga😊Makasih ya buat kalian yang sudah vote dan komen di indigo pair 1 atau di ceritaku yang lainnya😇
Dannn semoga yahh IP 2 ini bikin kalian suka dan jangan lupa untuk VOTE DAN KOMENTAR di cerita ini
Thankyou💖
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO PAIR 2
HororKenapa Inara bisa koma padahal tidak ada penyakit yang dideritanya? Dan ada apa dengan sikap aneh Ratna? Bagaimana cara Kenan untuk menyelesaikan semuanya? Awal publish 2017 Direvisi 16 Maret 2018 ••• Ini adalah sequel dari Indigo Pair 1. Kalau kali...