Part 2

43 5 0
                                    

Dulu sayang, sekarang benci. Dua hal yang biasa terjadi di kehidupan manusia. Di agung-agungkan dikala sayang. Di lupakan dikala benci. Tapi percayalah semua itu tak lain hanyalah batu krikil yang tidak berarti apa-apa di kehidupan yang sesungguhnya.

Lea bernafas lega. Hari ini pekerjaan dikantor tidak begitu bermasalah. Tidak menambah beban pikiran lagi untuknya. Tinggal beberappa lembar lagi kertas yang harus ia pelajari untuk meeting besok.

"Lea.. Besok kamu siapkan bahan untuk meeting ya? Dan kamu juga yang mempersentasikan.."

"Tapi Bu..saya belum berpengalaman dalam hal itu.." ujar Lea karena dirinya belum pernah berbicara didepan dewan direksi perusahaan ini. Ia hanya karyawan biasa. Yang beruntungnya sekarang menjadi asisten Karin, manager bagian design.

"Kamu pasti bisa Lea, Aku percaya padamu.." Karin tahu Lea mempunyai skill yang bagus. Ia juga memperhatikan kinerja Lea yang semakin hari semakin baik.

"Tapi Bu..."

"Tidak ada alasan Lea. Ayolah... Dan besok CEO kita juga akan ada disana. Aku harap mereka puas dengan persentasimu. Kau tahu, itu akan berpengaruh baik pada karirmu.." Karin berbicara tidak seperti atasan dan bawahan. Tapi lebih seperti seorang kakak yang memberi semangat untuk adiknya. Umur meraka memang terpaut hanya 3 tahun. Terlalu tua jika dipanggil Ibu. Tapi tidak mungkin kan Lea memanggil atasannya dengan kak, mbak, apalagi Karin. Di luar kerja mungkin saja. Karena wanita yang sedang mengandung ini sangat baik padanya.

"Dan kau tahu, CEO kita sangat tampan. Siapa tahu beliau menyukaimu.."ujar Karin dengan nada bercanda.

"Bu Karin ..saya tidak berfikir sejauh itu. Memikirkan besok saja sudah membuat saya pusing.."

"Jangan jadi beban, jadilah dirimu sendiri. Aku yakin kamu pasti bisa.. Dan jangan panggil aku ibu saat kita hanya berdua. Karin saja. Aku belum setua itu.." ujar Karin.

"Baik bu..eh.. Karin.."

Baik sekali orang ini. Batin Lea.

🍃🍃🍃🍃

Lea merebahkan tubuhnya dikasur. Kedua tangannya di ulurkan membentang. Meregangkan saraf yang seharian bekerja. Memejamkan mata sejenak. Sekelebat memory yang belum lama ini terjadi muncul dalam lamunannya. Bukan Davin, tapi malaikat penyelamat. Siapa dia? Seperti apa wajahnya?

Lea bangun berjalan menuju lemari. Disana tergantung jas hitam dan kemeja berwarna biru. Kemana Ia harus mengembalikannya?

Huh..biarlah. Lebih baik pelajari bahan meeting besok. Oh.. Karin. Tega sekali membuat ku seperti ini. Batin Lea.

🍂🍂🍂🍂

Hari yang penuh tantangan menurut Lea pun tiba. Sengaja ia merubah sedikit penampilannya. Mengenakan kemeja pendek warna putih dipadukan dengan blazer berwarna pitch. Lebih fresh menurutnya. Rambutnya di ikat setengah menyisakan setengahnya untuk di gerai. Tak lupa memasang kaca mata pintarnya. Sejenak ia berdiri didepan cermin dan menatap pantulan dirinya.

"Perfect Lea.. Tapi hatimu yang tidak sempurna. Hampir saja kau kehilangan hal yang paling berharga yang telah kau jaga selama 27 tahun. Harusnya kau senang bebas dari pria brengsek seperti Davin. Tersenyum lah Lea. Semangat!"

Lea menghembuskan nafasnya pelan. Memberi semangat pada dirinya sendiri. Kemudian merapikan penampilannya sekali lagi dan bergegas keluar apartemen berjalan menuju kantor yang memang tidak jauh dari tempat ia tinggalnya.

"Lea kau sudah siap?" tanya Karin menghampiri meja asistennya.

"Siap bu..mohon bantuannya jika saya kurang paham."

False PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang