Part 3

30 4 0
                                    

Sudah 3 tahun ini Bryan selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan. Semenjak dipercaya ayahnya untuk mengelola perusahaan, ia sangat serius menjalankannya. Hingga tidak memikirkan umur yang semakin bertambah. Menikah? Entahlah. Memikirkan tentang wanita saja tak pernah ada di benaknya. Bryan pikir jika ia punya uang, wanita pasti akan datang dengan sendirinya. Kalian tahu kan jaman sekarang hal utama adalah uang. Buktinya jika ia datang ke club malam banyak wanita yang dengan sukarela tidur dengannya bahkan tanpa di bayar sekalipun.  Tapi ia bukan lelaki brengsek yang hanya mau enaknya saja. Tentu saja ia selalu menyematkan uang di nakas kamar hotel setelah ia meyelesaikan masalah biologisnya dengan wanita panggilan.

Tapi semenjak malam itu, saat Bryan hendak keluar dari apartennya. Saat  lift akan tertutup dari jarak beberapa meter ia melihat seorang wanita dengan baju yang berantakan lari menuju lift dimana ia berada. Wanita itu menangis. Kedua tangannya digunakan untuk menutupi bagian tubuhnya yang terlihat. Naluri kelelakiannya kini bekerja. Walaupun ia brengsek tetap saja ia tidak tahan  melihat wanita menangis. Mengingat ibunya juga wanita.

Hingga saat ini wajah wanita itu masih terniang di pikirannya. Dan anehnya lagi ternyata wanita itu adalah karyawan di perusahaannya. Dunia ini sungguh sempit. Mungkin inilah yang dinamakan takdir. Karena Bryan tidak pernah memikirkan wanita sampai sejauh ini. Dan sebaliknya banyak wanita yang memikirkan dirinya.

Jam sudah mengarah angka 9. Tak terasa sudah selarut ini. Bryan membereskan pekerjaan untuk kemudian pulang beristirahat. Ia masih sadar jika dirinya adalah manusia bukan robot.

Mengemudikan mobil lamborghininya menuju penthouse mewah yang berada di lantai paling atas.

🍀🍀🍀🍀

Tidak seperti biasanya, hari minggu ini Lea sudah rapi dengan stelan baju olahraganya. Ia ingin menyibukan hari liburnya dengan kegiatan. Tak ingin bermalas-malasan yang ujungnya akan membuat galau dan berfikir macam-macam alhasil matanya banjir karena meratapi nasib. No !

Ramai juga.

Lea berlari santai tak jauh dari apartemen nya. Tetesan keringat sudah membasahi handuk kecil yang melingkar di lehernya. Ia tidak berniat untuk menghilangkan lemak dengan berolahraga. Bahkan tubuhnya terdapat lemak hanya dibagian tertentu saja. Ideal menurutnya. Ia hanya ingin daya tahan tubuhnya lebih kuat jika ada virus jahat yang akan menyerangnya. Terutama virus pria hidung belang. Ckck.

"Hah..hah..aku lelah.." nafas Lea tak beraturan. Ia lantas mendudukkan pantat cantiknya dikursi taman. Menghirup dalam-dalam udara pagi yang segar. Matanya memandang sekitar. Taman ini lumayan cantik dan rapi. Ada beberapa orang yang masih semangat berlari. Ada pula yang memanfaatkan taman kota ini untuk berjalan-jalan. Pandangan sebuah keluarga yang sedang bercengkerama pun tak luput dari matanya. Ia tersenyum melihat ibu muda sedang menyuapi bayi kecil dipangkuan pria yang ia yakini adalah suaminya. Indah. Lea membayangkan jika dirinya diposisi itu, pasti sangat menyenangkan. Hidupnya yang kosong akan kehadiran keluarga, akan terpenuhi dengan kebahagiaan.

"Tante..koq senyum-senyum sendiri. Cantik tapi gila.."celetuk anak kecil yang tiba-tiba duduk disampingnya.

Lea menoleh ke arah samping saat mendengar suara yang mengatainya gila. Ternyata anak kecil yang tampan kira-kira berumur 4 tahun sedang menatapnya juga.

"Yang sopan ya kalau bicara" ucap Lea halus. Untung saja anak kecil. Kalau orang dewasa mungkin ia sudah memaki orang tersebut.

"Tante nggak gila..?"tanya anak itu lagi.

"Tentu saja tidak. Apa aku terlihat seperti orang gila.." Entah kenapa Lea tertarik untuk berbicara lebih lama dengan anak kecil tampan itu. Anaknya saja tampan, ayahnya pasti lebih tampan. Batinnya.

False PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang