04 - Terlambat

50 9 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca karena itu buat aku makin semangat untuk update part selanjutnya.
HAPPY READING!

***

Pagi ini Sasa bangun kesiangan, padahal dia sudah menyetel jam weker yang ada di nakas sebelah tempat tidurnya. Sebenarnya jam weker itu sudah berdering sejak satu jam yang lalu.

"Sasaaa lo belum bangun ya? Cepetan dong udah telat nih!" teriak Shafiya sambil menggedor-gedor pintu putih bertulisan "Do All Things with Kindness" itu.

Mendengar suara Shafiya dibalik pintu Sasa pun terjaga dari tidurnya. Reflek tangannya meraih jam weker yang ada di atas nakas. Mata Sasa yang awalnya masih sayu-sayu seketika terbelalak melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi.

"Anjir gue kesiangan!" ujar Sasa.

Sasa berjalan menuju pintu dan membukanya. Saat pintu terbuka, terlihat Shafiya yang berdiri dengan dua tangan berada di depan dadanya, "Astaga miciiin lo baru bangun dan ini udah jam setengah 7!" ujar Shafiya.

"Duh lo duluan aja deh bareng papa, gue dianterin mang Asep aja," ujar Sasa menyuruh adiknya agar berangkat terlebih dahulu dengan papanya.

"Lo lupa kalo papa sama mama lagi ke rumah nenek?"

"Oo iya! Yaudah lo tunggu gue di bawah, 10 menit gue kelar," ujar Sasa menepuk jidatnya.

"Oke! Kalo udah 10 menit tapi lo belum kelar, lo gue tinggal," ancam Shafiya.

"Iyee bacot aja lo."

Dan ternyata benar, Sasa keluar dari kamarnya menuju ruang tamu kurang dari 10 menit. Hal tersebut membuat Shafiya kaget setengah mati. Biasanya Sasa akan menghabiskan waktu yang sangat lama hanya untuk mandi, belum termasuk dengan berpakaian dan sedikit berdandan.

Setelah berdebat cukup lama memilih siapa yang akan diantar dahulu oleh mang Asep, akhirnya Sasa mengalah. Berhubung di sekolah Sasa sekarang hanya ada sebuah acara kunjungan dari sekolah negeri sebelah. Sasa yang kala itu diam menatap keluar jendela terkejut ketika Shafiya berteriak memanggil namanya tepat di telinganya.

"Sumpah! Lo bener-bener harus dibawa ke psikolog deh Sa, gue sekarang lebih sering ngeliat lo ngelamun dibanding joget-joget gak jelas yang biasa lo lakuin bareng kak Ratu."

"Trus lo pikir gue harus joget-joget juga di dalem mobil? Yang ada kita digrebek massa karna mobilnya goyang pas macet gini," mendengar celotehan Sasa mang Asep langsung tertawa.

"Ya siapa tau lo emang bener-bener udah gila, kan bisa aja lo joget-joget di mobil. Eh, ngomong-ngomong, kenapa kita digrebek massa kalo mobilnya goyang? Trus kok mang Asep ketawa?" tanya Shafiya penasaran.

"Ada deh, anak kecil gak boleh tau, ntar lo ngerti sendiri lah."

"Dasar pelit!" ujar Shafiya merajuk.

"Sa, tumben tadi lo cepet kelar? Lo gak mandi ya?"

"Enak aja gak mandi! Nih cium ketek gue, pasti wangi lah," ucap Sasa sambil menarik kepala Shafiya dan mengarahkan hidung Shafiya ke arah ketiaknya.

Shafiya berteriak meminta tolong kepada mang Asep. Namun apa daya mang Asep hanya bisa menolong Shafiya dengan doa. Setelah puas dengan apa yang dia lakukan, Sasa menjauhkan kepala Shafiya dari ketiaknya. "Gimana, wangi kan?" tanya Sasa menaik-turunkan alisnya.

"Asem gitu lo bilang wangi," ujar Shafiya dengan wajah cemberutnya.

Sasa dan mang Asep tertawa mendengar celotehan Shafiya.

NO REASON [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang