06 - Bunga, Coklat dan Sepucuk Surat

49 6 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca dan comment sesudah membaca karena itu buat aku makin semangat untuk update part selanjutnya.
HAPPY READING!

***

Langit cerah sebentar lagi berubah menjadi gelap, tapi hal tersebut tak membuat Sasa ingin pergi dari sebuah bangku taman. Matanya masih asik melihat sekelompok anak laki-laki yang sedang bermain bola kaki.

Sesekali gadis berambut coklat itu tertawa melihat tingkah salah satu dari mereka. Anak itu bertingkah sangat aneh. Dia rela memasang tampang yang sangat jelek demi teman-temannya tertawa. Kalau dipikir-pikir anak itu mirip dengan Devan.

"Ck! Kenapa sampe mikirin dia sih?" Sasa melempar kaleng minumannya ke kiri tanpa menoleh sedikit pun.

"ADUH!" teriak seseorang yang mungkin saja terkena lemparan kaleng minuman Sasa.

"Mampus gue! Pasti ada yang kena," Sasa memalingkan wajahnya ke kanan, tak ingin melihat siapa yang terkena lemparan kaleng itu.

Orang itu mengambil kaleng minuman yang sudah mengenai kepalanya seraya bertanya, "Siapa sih yang buang sampah sembarangan?"

Merasa bersalah Sasa langsung menghadapkan tubuhnya ke kiri, dengan wajah yanng masih menatap lurus ke tanah Sasa meminta maaf kepada orang itu, "Ma-maaf bang, saya gak sengaja."

"Maaf, maaf, liat nih, rambut gue berantakan, jadi gak ganteng lagi kan gue!"

"Dari suara sama kepedeannya gue tau nih siapa," ucap Sasa dalam hati menerka. Perlahan namun pasti Sasa mengangkat kepalanya sehingga mata indahnya bisa melihat dengan jelas siapa orang itu.

"LO!" ucap mereka bersamaan, mereka sama-sama histeris. Sasa histeris karena bertemu lagi dengan orang yang sedang dia jauhi, orang tersebut histeris karena bertemu dengan sang pujaan hati.

"Eh sorry ya gue gak tau kalo lo yang lempar ni kaleng, maaf banget ya udah bentak lo."

"Lo lagi, lo lagi! Gue bosen dimana-mana selalu ketemu lo, bisa gak sih sehari aja gak muncul di hadapan gue?!" lagi-lagi Sasa bertemu dengan laki-laki itu. Niatnya untuk menenangkan pikiran ke taman pun jadi tak ada gunanya.

"Lo bisa gak sih gak marah-marah mulu ke gue, harusnya gue yang marah karna lo udah lempar kaleng ini ke gue."

"Bodo! Gue gak peduli kalo lo yang kena kalengnya," ucap Sasa berkacak pinggang.

Devan kehabisan kata-kata. Dia berpikir sejenak agar bisa tetap mengobrol dengan Sasa. Lebih tepatnya membuat Sasa kesal. Sedetik kemudian Devan tersenyum tipis, nyaris tak terlihat.

"Sekali-sekali peduli sama gue dong Sa," ujar Devan memohon. Ekspresinya membuat Sasa sedikit jijik.

"Jangan pernah berharap gue bakal peduli sama lo sedikit pun!" Sedetik kemudian Sasa langsung pergi dari hadapan Devan.

Devan terkekeh melihat sikap Sasa yang menurutnya lucu. Dia sangat suka menjahili gadis berbola mata coklat terang itu. Devan pun tak tahu kenapa dia bisa melakukan itu kepada Sasa, namun yang pasti Devan merasa nyaman ketika di dekat Sasa walaupun Sasa memarahinya.

***

"Ya Allah... Kenapa sih gue ketemu tu anak terus? Tingkahnya bikin pusing," gerutu Sasa sambil membanting pagar sehingga mang Asep yang sedang mencuci mobil pun terperanjat. Kalau sudah seperti itu mang Asep pun malas untuk bertanya, karena sudah pasti Sasa akan terbawa emosi.

Langkah Sasa terhenti ketika hampir saja menginjak se-bouquet mawar pink dan sebuah kotak putih dengan pita berwarna senada dengan mawar.

Langkah Sasa terhenti ketika hampir saja menginjak se-bouquet mawar pink dan sebuah kotak putih dengan pita berwarna senada dengan mawar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NO REASON [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang