PROLOG

68 3 0
                                    

Matahari telah menghilang di balik cakrawala seolah-olah pergi meninggalkan kami untuk waktu yang lama. Tinggal menunggu kegelapan malam yang akan di kuasainya untuk menghancurkan tekat dan perjuangan ku selama ini.

Pilihan terbodoh telah aku terima yang sungguh ku sesali di saat-saat sperti ini.

Merahnya darah berlumuran di tanah ter-sinari oleh sisa-sisa cahaya sore memantulkan kesedihan serta rasa putus asa. Penyesalan mendalam aku renungkan sambil terduduk dan menatap langit yang gelap gulita.

Aku tak melihat satu pun bintang yang seharusnya menghiasi langit gelap ini. Kemilau api membakar apa pun yang dilintasinya namum tidak dapat menimbulkan cahaya. Sungguh kegelapan yang mutlak.

Kecerobohan kecil yang aku buat itu telah memberi orang-orang tidak bersalah ikut terkena imbasnya. Bahkan dia.. Ikut meninggalkan ku dengan senyuman di akhir riwayatnya.

Ingin ku bangkit melawan dengan segenap kekuatan yang masih tersisa tapi aku hanya bisa terdiam, merenung dan menatap kekacauan ini. Lalu aku melihat sebuah cahaya perlahan muncul dari balik reruntuhan. Selama ini aku selalu menghiraukan kebenaran yang di beritahukannya, tapi dia tetap kembali dengan membawa sebuah harapan yang besar.

“Kenanglah semua kerja keras, perjuangan dan pengorbanan serta harapan dari orang-orang yang tulus mencintai mu selama ini. Ingatlah semua jasa tanpa pamrih oleh orang-orang yang telah membantu mu menuju pencapaian yang selama ini kau harapakan. Jika kau kehilangan arah dan tujuan maka bangkitlah dan genggam cahaya ini maka kau akan mendapat kekuatan yang dapat menghancurkannya serta menghapus kegelapan yang menyelimuti dunia mu yang indah ini”

Aku mulai menekuk lutut dan memegang sebatang tongkat yang menancap di sampingku. Bangkit dan kutegapkan badan sembari menatap tajam ke arah cahaya tersebut. Namun tiba-tiba mengapa dia ... ?

The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang