Paradigma Pecinta Alam

620 13 5
                                    

Pendidikan dasar pecinta alam mungkin suatu hal yang tabu untuk di konsumsi oleh masyarakat umum, atau hanya beberapa orang dan segelintir orang saja yang pernah terlibat atau mengalami suatu proses pendidikan dasar dalam dunia kepecintaalaman.

Apa yang dimaksud dengan pecinta alam?

Kenapa harus ada pecinta alam?

Apakah perlu suatu pecinta alam di lingkungan masyarakat?

Bagaimana sudut pandang masyarakat terhadap pecinta alam?

Menurut kesepakatan suatu kongres penggiat alam terbuka yang berada di Bandung tahun 2002 tepatnya di Gunung Manglayang, mengatakan bahwa "Pecinta alam adalah sekelompok manusia, yang bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, terdidik dan terlatih, serta bertanggung-jawab untuk menjaga dan memelihara alam"

SEKELOMPOK MANUSIA
Dalam pengertian sebuah organisasi, dan bukan individu, melainkan kumpulan dari individu, yang disatukan oleh idealiasasi dan pemahaman yang sama. Kelompok ini mewakili sebuah tatanan nilai, atau sebuah kultur. Seperti orang sunda, orang jawa, orang batak, dll. Dimana konteks orang itu mencerminkan tatanan nilai kultural yang ada, dan bukan sekedar berkumpul. Dengan adanya organisasi, maka kontrol atau pengendalian terhadap setiap individu anggota dapat diterapkan. Diantaranya kesepakatan adanya kode etik yang harus sama sama dijaga, mulai ditingkat organisasi atau komunitas secara keseluruhan, yaitu kode etik pecinta alam hasil rumusan pada gladian IV- Tahun 1974 di Makassar.
Konsekwensi : kegiatan dan eksistensi yang bersifat individual, tak bisa masuk.

YANG BERTAKWA PADA TUHAN YANG MAHA ESA
Dalam hal ini konsep takwa, bukan sebatas "Menjauhi apa yang dilarang Nya, dan melakukan apa yang disuruh-Nya", karena hal itu merupakan output nya. Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar, masuk pada tatanan yang lebih dalam lagi yaitu "Takwa adalah sebuah kondisi ketika manusia selalu memelihara hubungannya dengan Tuhan".
Dalam setiap konteks memelihara maka konsekwensi logisnya adalah adanya usaha untuk menguasai keilmuan, semata demi hubungan vertikalnya. Memelihara ayam butuh ilmu ayam, memelihara balita butuh ilmu tentang anak. Bahkan memelihara perdamaian, kadang butuh ilmu perang dan senjata, sehingga tercipta relaksasi, atau orang enggan menyerang lebih dahulu karena takut pada serangan balik.
Konsekwensi : mereka yang enggan belajar keilmuan yang relevan, tidak masuk pada kriteria ini.

TERDIDIK DAN TERLATIH
Merupakan konsekwensi logis dari konsep takwa diatas, yaitu mempelajari keilmuan. Dilaksanakan melalui sebuah sistem pendidikan dasar dan lanjutan yang bersifat sistemik. Meliputi aspek hardskills dan softskills. Penyatuan integratif antar elemen-elemen seperti Knowledge, Attitude, Skills , Habits, Tools dan Teamwork (KASH+2T). Semua itu dipraktekan dengan pendekatan latihan, baik dengan metoda simulasi terbatas, untuk selanjutnya masuk kedalam metoda partisi patorik, atau "going into the object it self ".
Biasanya dalam bentuk pengembaraan ke alam terbuka, atau mengikuti operasi-operasi SAR (Search And Rescue).
Konsekwensi : Mereka yang tidak mengikuti sistem pendidikan dan latihan berjenjang, tidak masuk pada kriteri ini.

BERTANGGUNG-JAWAB
Tuhan tidak menciptakan kesia-siaan di alam semesta ini. Setiap keberadaan manusia pasti mempunyai fungsi dan peran fitrah yang sudah ditetapkan pada dirinya. Seperti dalam konsep manajemen, yaitu adanya wewenang dan pendelegasian. Kemudian imbal baliknya (feed-back) berupa laporan pertanggung-jawaban secara komprehensif, kepada pemegang otoritas, kepada publik, dan tentu pada sang Khalik.
Konsekwensi : mereka yang enggan diberi tanggung jawab, tidak masuk pada kriteria ini.

Perjalanan Panjang Pecinta AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang