1

105 7 5
                                    

Sampai kapan kisah cinta ini terus begini. Monoton, hambar, dan membosankan! Aku muak! Aku ingin mengakhiri ini!

Seperti biasanya, Namjoon hanya diam, berusaha tidak menyikapi keadaa. Ia terus melajukan mobilnya. Aku semakin muak dengan keadaan ini, dia tidak pernah mengerti perasaanku.

Kesunyian malam ini, membuat hatiku semakin miris, aku mengingat pertengkaran-pertengkaran kami selama ini. Bagiku Namjoon hanyalah orang yang selalu egois. Bahkan kami tak punya waktu indah bersama, bahkan hanya untuk mengucap hal manis sekalipun.

Saat aku marah pun dia hanya diam, meskipun kadang ia menjawab "Terima aku apa adanya, kalau kamu nggak bisa, terserah kamu saja.. " hanya itu! Kata-kata paling menyebalkan yang keluar dari mulutnya.

"Soo He-ya.. Lusa aku akan pergi ke jeju, untuk memotret beberapa tempat disana."

Lagi!
Dan lagi!

"Lagi!? Memotret lagi? Kemarin kamu pergi, hari ini pergi, lusa pergi, besok kamu juga akan pergi! Apa aku ini nggak penting buat kamu!? Terlalu muluk ya cita-citamu itu! Kerjaanmu hanya mementingkan hobimu yang nggak berguna itu."
"Tapi... "
"Oh ya aku tau! Kamu sengaja ya mau ngejauhin aku!? " Kupotong ucapanya, segera kulepas seatbeltku dan segera kubuka pintu mobil yang telah berhenti di depan apartemenku. Namun, aku merasa tanganku ditarik Namjoon hingga aku terduduk lagi.

"Soo He-ya.. Tapi bagiku memotret bukan cuma hobi. Namun itu juga sebagian jiwaku. Aku memilih profesi ini dengan segenap hatiku. Mianhe Soo He-ya... "
"Aku sangat mencintaimu, jangan berkata bahwa aku ingin menjauhimu. Aku ingin selalu sama kamu." kata Namjoon dengan nada meyakinkanku.
"Bosan!" ya memang aku bosan mendengar kata-kata yang bagiku hanya omong kosong itu.

Segera kulepaskan tanganku dari genggamanya, kutepis tangan kanannya yang memegang pipiku. Aku segera berjalan masuk kedalam gedung apartemen itu.

Tak kugubris panggilannya, meskupun lirih tapi masih sangat terdengar dari kejauhan! Gila saja! Bahkan dia tak mengejarku. Aku segera masuk kedalam lift dengan air mataku yang terus bercucuran. Segera kuhapus air mataku. Karena ada seseorang yang terus memperhatikanku dari belakang.

Akhirnya pintu lift terbuka, aku masuk diikuti pria tadi, kulihat ia memencet angka 24, oh! Dia satu lantai denganku.

TBC
😊

what about the sad ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang