Daniel segera menginjak pedal rem dengan kakinya. Saat tiba-tiba seorang gadis hampir meloncat ke arah mobilnya.
Mobil Daniel terhenti namun gadis di depan sana masih berdiri dan melebarkan tangannya.
"Lo mau gue tabrak?!" Tanya Daniel dengan teriakan, kepalanya menyembul keluar dari jendela.
"Gue mau ngomong sama kak Daniel." Jawabnya masih bisa senyum-senyum, sementara Daniel hampir meledakan emosinya.
"Minggir nggak!"
Namun tak ada tanda-tanda bhwa gadis di depan sana menjauh, Daniel juga harus berpikir ulang apabila ia menabrak orang, bisa-bisa ia menjadi seorang pembunuh dan harus menekam di dalam tahanan.
Daniel bergegas keluar, lalu menarik gadis itu ke pinggir jalan.
"Nggak puas, lo ganggu dan ngikutin gue di sekolah. Sekarang lo, ke komplek perumahan gue?!" Tanya Daniel geram, sambil mencengkram tangan Malika sekuat tenaganya.
Membuat Malika hanya bisa menahan rasa sakit itu.
"Gue suka lo kak." Ucap Malika mengutarkan perasaan dari lubuk hatinya yang terdalam.
Daniel terdiam, bahkan jika Malika tidak berkata, Daniel sudah tahu bahwa gadis aneh itu menyukainya... terlebih dia populer.
Tapi terasa aneh, saat Malika mengutarakan perasaannya. Apakah dia nggak punya harga diri, nggak punya kaca?
Daniel tertawa sinis dengan pandangan merendahkan Malika. "Jangan harap, gue bisa balas perasaan lo!" Tolak Daniel tegas.
"Gue tetap suka lo kak, meskipun lo tolak." Balas Malika teguh pendirian, meskipun dari lubuk hatinya terbalam, beberapa jarum berhasil menusuk-nusuk hatinya.
"Udah deh, gue nggak perlu waktu meledeni lo." Daniel beranjak menjauh. "Jadi lo minggir, jangan halangi jalan gue." Lanjut Daniel menoleh ke arah Malika yang menunduk.
Malika memandangi tanah, ia tahu bahwa hasilnya selalu penolakan pahit. Tapi dirinya sudaj terlanjur kehilangan harga dirinya, lebih baik dilanjutkan daripada setengah-setengah saja.
Malika berlari mengejer Daniel, bahkan sekarang ia berada di depan pria tampan itu.
"Gue bakal nyesal kalau nggak lakuin ini sama lo kak." Malika berjinjit lalu menarik leher Daniel agar mendekat ke arahnya.
Dalam hitungan detik, bibir Daniel dan bibir Malika telah menyatu. Malika mencoba mencari cela dalam ciuman tak terbalas dari Daniel.
"Lo apa-apaan?!" Daniel mendorong Malika menjauh darinya. Sambil menyapi bersih sisa-sisa bibir Malika yang masih membekas.
Plak! Daniel menampar Malika spontan. Biasanya para wanitalah yang akan menampar pria, tapi kali ini kebalikannya.
Malika memegangi pipinya yang terasa pedas dan perlahan perih.
"Lo nggak apa-apa?" Tanya Daniel terkejut saat tiba-tiba Malika meneteskan air matanya.
Malika menggeleng perlahan. "Gue nggak baik-baik aja kak." Jawab Malika menunduk menahan getar suaranya.
"Maafin gue." Daniel mendekat, lalu membawa tubuh Malika masuk ke dalam pelukannya. Daniel tak tahan melihat gadis manapun menangis, apalagi karena dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA OSIS [KANG DANIEL]
FanfictionDaniel si ketua osis itu baik, ramah, murah senyum, pokoknya osis terbaik deh. Kehadiran Malika, si kedelai hitam yang super aktif bagaikan sasaeng fans dan penguntit membuat Daniel perlu memasang tanduk dan taringnya untuk memarahi Malika. *anggap...