Epilog

67 5 0
                                    

"karena setiap orang mempunyai cara berbeda untuk menyatakan perasaannya"

Begitulah kata yang tepat untuk Arga. Cowok yang malu malu, tapi jantan.

"Trus kamu kenapa ga bilang dari kemarin?"tanyaku pada Arga yang masih duduk di kursi sisi jalan Malioboro

"Karena, aku punya cara berbeda buat ngungkapinnya, Bunga" jawabnya dan belum juga selesai berbicara aku langsung memoton perkataan Arga dengan pertanyaan yang ingin ku tanyakan dari tadi.

"Ya trus, kamu kami mau nyerah aja?"

"Aku takut kalau kamu nolak!"

"Asalkan kamu tau, hari itu, ditempat ini, hujan itu, pertemuan kita, sweter itu! Semua itu sudah direncanakan. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama saat aku ngeliatin kamu lagi ngelukis, ngelukis..." Potongnya

"Dan aku jatuh hati satu menit setelah kau mencintaiku!" Jawabnya dengan patah patah.

Terdiam

Sial.

Aku tadinya tak akan jujur, tapi hatiku ingin semua nya baik baik saja.

"Kalian?" Salah satu dari kita ada yang berbicara, salah satunya orabg yang baru saja datang ke tempat ini.

"Ka,..."

"Alex?"

Seakan kami tak percaya kehadirannya ada disini.

"Kalian saling mencintai?"

"Ku mohon jangan dengarkan pembicaraan kami, itu masalaluku dan sekarang aku pilih meninggalkannya memang sulit. Tapi aku berusaha !" Pinta ku pada Alex yang aku kira ia mendengarkannya.

"Bunga, jangan kau bilang bosan,  kalau nyatanya udah ada yang lain di hati kamu. Dan jatuh cinta tak selucu itu!" Katanya sambil berlinangan air mata.

Aku pun Menangis. Tak tau harus bagaimana lagi. Pergi. Alex pergi tanpa sepatah kata lagi.

Ku kejar, lalu ku kejar. Sampai ku lihat Arga pun mengejarnya, Alex yang mengendarai mobil Pajero sport itu melanjutkan dengan sedang jadi kami berniat mengejarnya.

Brugk.....

"Arga!!" kulihat darah yang bercucuran, kepala terbentur, dan bibir nya tampak sedikit agak senyum.

"Ya ampun Arga?"

"Baguuun!!!!!" Teriak ku

Bukan film, bukan drama, bukan acction. Tapi ini real, aku baru saja melihat kejadian yang menimpa sahabat ku, Arga.

Kulihat mobil Pajero sport itu berbalik arah menghampiri kami.

"Astagfirullah, Arga kamu kenapa?" Seakan permusuhan kami tak ada artinya.

"Kamu puas? Alex!"

"Kamu ni, apaan sih?"

"Bagini kamu sama adik kamu?"

"Aku minta maaf, aku ga tau!!"

Perbincangan kami menuju ke sebuah lorong yang sepi dengan suara laris geser yang sedang didorong. Aku hanya menegis dan berlari membantu mendorongnya.

Setelah menunggu beberapa jam kemudian, dokter keluar.

"Jadi bagaimana dokter, keadaan adik saya?"

"Adikmu, mengalami hilang ingatan atau yang kita sebut adalah amnesia"

Tertegun kami mendengarnya.

"What? Amnesia?" Dengan begitu ia tidak bisa mengingat kembali semua kenangan yang telah ia lalui.

Aku menangis dalam pelukan hangat Alex yang lagi lagi hanya menyabarkanku, ia pun Menangis tapi tak separah aku. Aku pun minta maaf untuk ke tiga kalinya.

"Alex, kamu harus tau kalau aku sama Arga gak ada apa-apa!" Jelasku sambil menangis

"Iya, aku minta maaf!!" Kini pelukannya dipererat.

Neneknya Alex baru datang, ayahnya meninggalkan ibunya dengan bercerai. Ibunya kini tak tau kemana? Tapi kini ia mempunyai seorang Nenek-nenek yang bisa menggantikan peran ibu didalam keluarganya.

"Yaampun adaa apa sama Arga, dia baik baik saja kan?" Nenek bersanggul itu pun mulai berbicara.

"Ne!" Sapaku sambil menghampiri Nenek dan kedua bodyguardnya.

"Arga. Amnesia ne!" Jawabku dengan nada pelan lalu menangis lagi diperlukan Alex.

Hampir satu lima jam kami menunggu Arga bangun, membuka matanya.

Kini ku lihat bulan merenung malam ini. Karena Tak bisa di lagi bersama sama menyinari bumi dengan Bintang, sama seperti ku, kini tak ada lagi orang yang membuat ku senang hati.

Kau, Aku Dan JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang