Jaevyna

16.2K 1.2K 24
                                    

“Joe, Mommy pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Joe, Mommy pulang.”

Aku membuka pintu flat sederhanaku ini dengan sedikit berteriak, memastikan keberadaan Putraku sedang tidur atau tidak.

Tidak ada jawaban. Aku langsung menuju kamarnya yang tepat di depan pintu
kamarku.

Setelah pintu terbuka, aku melihat Joevanca terlelap dengan boneka gajah yang besarnya hampir sama dengan tubuh kecilnya.

Kuhampiri lalu berjongkok untuk melihat wajahnya yang tertidur pulas. Ku-usap pucuk kepalanya pelan lalu kecupan hangat mendarat di keningnya.

Aku berdiri lalu berjalan sepelan mungkin agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun untuk beranjak dari kamar yang penuh dengan mainannya ini.

Sesampai di kamar, aku melepaskan seluruh pakaian kerja yang sedikit tercium bau keringat kering yang menempel, lalu meletakkannya ke dalam keranjang pakaian kotor. Kubersihkan tubuhku dari keringat  dan debu membuat badanku sedikit lengket.

Setelah selesai dengan gulungan handuk di kepala, aku keluar kamar menuju meja makan yang sudah ada sekotak kue coklat kesukaan Joe di atasnya, lalu kupindahkan ke sebuah piring.

"Mommy,"

Kutengok kearah suara manja itu. Aku tersenyum. Betapa lucunya rambut berantakkan dengan tangan kecilnya terangkat mengucak mata khas bangun tidur.

"Hallo, sayang. Mommy pulang bawa kue coklat kesukaan Joevanca. Ayo kita makan bersama!" Ajakku mendaratkan pantat di atas sofa dan menepuk paha mengisyaratkannya untuk duduk di pangkuanku.

Mendengar kue kesukanya membuat wajah kecil itu terlihat gembira lalu berlari kecil kearahku yang langsung mengangkat badan mungilnya mendudukan di pangkuanku.

"Anak Mommy udah besar! semakin berat saja," kucubit pipinya yang berisi.

"Kalau aku semakin besar, aku tidak bisa duduk di pangkuan Mommy lagi?" ucapnya dengan mempoutkan bibirnya. Aku tertawa melihat ekspresinya.

"Jelas dong sayang. Nanti Joevanca akan tumbuh besar seperti Mommy, yang pasti Mommy tidak cukup kuat menahan tubuhmu yang semakin besar." Wajahnya ditekuk terlihat kecewa.

"Karena itu sering-seringlah duduk di pangkuan Mommy, sayang. Nanti kalau Joe sudah besar tidak bisa lagi." Sambungku diakhiri dengan senyuman. Ia langsung memeluku dengan tangan kecilnya dan menyandarkan kepalanya di dadaku.

"Tapi aku masih bisa memeluk Mommy, kan?"

"Tentu, sayang. Selalu dan kapanpun anak Mommy yang tampan ini bisa memeluk Mommy sepuasnya." Kubalas pelukannya dengan hangat, ku-usap lalu kukecup sayang pucuk kepalanya.

Kuraih remot TV untuk dinyalakan. Mencari chanel kartun kesukaan Joe untuk kami tonton. Joe masih di pangkuanku dengan kue coklat yang kami makan bersama.

"Oh iya, Aunty Bella tadi pulang jam berapa?" Ucapku yang masih menatap TV yang kami tonton. Joe diam sesaat.

"Mungkin setelah aku tertidur, Mom." Akupun mengangguk paham dan melanjutkan menonton TV dan bermain bersama.

Aku tidak tahu lagi bagaimana cara menyampaikan rasa terima kasihku pada Bella. Yang sudah mau menjemput Joe sekolah serta menggantikan peranku sebagai ibu sementara untuk Joe di apartemen sederhana kami ini, memasakkan Joe makan siang atau sekedar membersihkan sedikit kekacauan yang belum sempat aku bersihkan dipagi hari sebelum berangkat bekerja. Padahal gaji yang aku berikan tak
seberapa, tapi ia tetap mau menjaga dan mengurus Joe untukku selama satu tahun terakhir.

Setelah puas bermain dan bercanda dengan Joevanca aku mengajaknya untuk mandi bersama. "Joevanca belum mandi, bukan? Ayo mandi dulu baru kita main lagi." Aku mulai membersihkan mainan yang ada di sofa dan beberapa remahan kue coklat di sekitarnya.

Kutengok kearahnya yang tidak ada pergerakan. "Mau mandi dengan Mommy, tidak?" Joe langsung menganggukan kepalanya dengan antusias.

Kurenggangkan tangan yang langsung ia hempaskan badannya ke pelukan lalu ku-angkat badannya yang kecil menuju pintu kamar mandi.

"Bukannya Mommy sudah mandi?" Tanyanya heran.

"Mommy akan mandi lagi menemanimu, sayang." Kutarik gemas hidung mungilnya.

"Aw! Sakit Mommy." Ucapnya cemberut dengan tangan kecilnya mengusap hidung.

Langsung kucium hidungnya yang cukup merah karena ulahku.

Mulai kulepas semua bajunya, aku hanya mengenakan tanktop hitam dan celana pendek lalu kami masuk kedalam bathtub yang sudah setengah berisi air.

Kami kembali bermain namun kali ini dengan air dan sabun.

Cukup lama hingga akhirnya telapak tangan dan kaki kami berkerut. Yang tandanya kami harus berhenti.

 Yang tandanya kami harus berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please vote & komen♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please vote & komen♡

Please vote & komen♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Son✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang