"Aku melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan, kelahirannya membuatku kembali menemukan sebuah arti dari kehidupan, dan berjanji pada diriku sendiri akan selalu membahagiakannya." - Jae
"Bagiku dia adalah anugrah yang Tuhan beri melalui kesalah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Berada dimana kau sekarang? Apa dia baik-baik saja, Jongin?" tanya lemah pria paruh baya yang terbaring lemah diatas kasur king sizenya.
Dengan beberapa alat rumah sakit melekat di tubuh, ia menelpon salah satu asisten terpecaya yang ditugaskan di salah satu negara barat.
"Saya berada di depan flat mereka, Tuan. Cucu anda baik-baik saja. Anda tidak perlu khawatir."
"Baiklah, mendengar itu aku cukup merasa tenang. Terima kasih, Jongin. Kau sudah sangat banyak membantu,"
"Tidak Tuan, ini memang sudah tugas saya. Berfokuslah dengan pengembuhan sakit Anda. Saya akan melaksanakan tugas saya dengan baik disini, Anda tidak perlu khawatir."
"Jangan terlalu fokus dengan tugasmu. Ambilah cuti dan berliburlah. Aku menggajimu bukan hanya untuk bertugas saja,"
Disaat yang sama sang istri mengusap punggung tangannya mengisyaratkan bahwa anak sematawayang mereka sudah di ambang pintu menuju ke arah mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Baiklah Jongin, aku akan menghubungimu lagi nanti."
Pria paruh baya yang masih terbaring lemah bernama Park Sungjin ini mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, lalu menyerahkan ponsel pintarnya pada sang istri—Park Yungmi.
"Kau tidak pulang ke rumahmu dulu, David?" Tanya Yungmi setelah melihat Putranya yang masih berbalut jas dengan wajah lelah, jetlag.
Rasa khawatirnya membuat telinga David menuli dengan pertanyaan Ibunya. "Bagaimana keadaan Ayah, Bu? Apa Ayah sudah merasa lebih baik dari sebelumnya?" Tanya Putra mereka yang sudah berdiri di depan keduanya.
"Ayahmu sudah merasa lebih baik dari kemarin, sayang.” Ucap Yungmi menenangkan sambil mengusap punggung tangan Putranya yang berada diatas bahunya. “Bagaimana rapat di Jepang, lancar?" alih Yungmi.
David mengangguk sebagai jawaban. "Semua lancar, Bu.” Jedanya. “Kenapa Ibu baru memberitahuku tentang keadaan Ayah? Seharusnya Ibu memberitahuku sejak kemarin," seperti nada merajuk membuat Sungjin mengulum senyumnya.
Di lubuk hati Sungjin terdalam merasa sangat bersalah pada David. Bagaimana tidak? Putra tunggal dari keluarga Park ini adalah anak yang penurut apapun keputusan yang diambil oleh kedua orangtuanya.