Happy Reading!
.
.
.Hari ini dan untuk tiga hari kedepan nya, sowon akan menginap dirumah mertuanya bersama eunha. Sowon dan eunha pula dipaksa cuti kuliah dalam tiga hari oleh moonbyul. Didalam kamar bernuansa frozen, sepasang suami istri itu duduk berdampingan dipinggir kasur. Sowon mengitari pandangan nya, menilai kamar eunha bisa dibilang jauh berbeda dengan kamarnya ketika membujang dulu. Kalau kamar eunha diibaratkan dengan kapal pesiar, maka kamar sowon adalah sebuah kapal pecah yang berantakan.
"Kamarmu rapi. Dan wangi" puji sowon
"Terimakasih atas pujiannya. Tapi itu tidak membuatku tersanjung" ketus eunha. Ia memilih bergabung dengan kedua orangtuanya yang berada dikolam renang belakang rumahnya. Baru juga eunha bangun dan ingin melangkah, tangannya sudah ditarik oleh sowon. Membuat posisi eunha terduduk menyamping dipangkuan sowon. Kaget, itu sudah pasti. Belum lagi tatapan mata sowon menatap lurus menatap kedua mata indah eunha. Bagi sowon, mata itu lah yang mampu menggetarkan batin nya. Mengoyak fakta yang ada bahwa ia tak lagi menaruh benci pada eunha. Karena benci itu telah berubah bentuk menjadi sebuah perasaan yang sempat ia rasakan untuk nayoung. Sayangnya, ia tak tau pasti eunha memiliki perasaan yang sama dengan nya atau tak sama sekali. Bagi eunha sendiri, jika ingin jujur, terkadang ia merindukan tingkah menyebalkan musuh yang saat ini menatapnya jika pria jangkung dihadapannya tak memiliki waktu untuknya atau mungkin, terkadang mengabaikannya.
Sowon, mencodongkan wajahnya untuk lebih dekat menatap eunha. Menyusuri setiap detail wajah eunha, mulai dari mata hitam eunha, menyentuh hidung eunha dengan hidungnya dan yang terakhir menyisakan beberapa centi bibir sowon pada bibir semerah apel fuji menggoda milik eunha. Ia ingin mengecup bibir itu, terlebih ia sangat ingin menggigit gemas pipi chubby eunha. Dia ingin eunha tau akan hal itu. Dia ingin apa yang ia rasakan bukan lah hanya perasaan sesaat. Ketika itu pula, sowon sedikit memiringkan kepalany diiringi eunha yang menutup matanya perlahan. Eunha tidak mengerti apa yang ia lakukan sekarang. Eunha hanya menurut pada syaraf yang kini menuntutnya untuk memejamkan mata. Membenam rasa gengsi dan rasa benci untuk jauh tenggelam dalam pesona sowon. Lancang? Apa bisa dikatakan lancang jika sowon dengan berani menyentuh bibir eunha? Padahal sowon sudah mencuri ciuman itu ketika eunha tertidur. Terpautnya kedua bibir mereka, membungkam sejenak permusuhan yang tercipta. Saling berpanggut tak ingin melepaskan ciuman manis mereka. Saling menyesap rasa manis dari bibir dengan suara decakan pengundang birahi. Tangan eunha ntah sejak kapan bergelayut dileher sowon, menikmati ciuman sowon yang memabukan. Ini lebih dari rasa candu bagi sowon. Ia menginginkan lebih. Dan lebih.
Seperti ada kupu kupu yang berterbangan didalam perut eunha, seperti ada gejolak aneh yang menyerang hatinya. Ia bahkan sangat sadar sesadar sadarnya ketika sowon menciumnya. Bahkan kesadaran itu semakin nyata ketika tangannya sendiri mendorong tengkuk sowon agar semakin memperdalam labium mereka. Membiarkan lidah sowon menerobos masuk kedalam mulutnya. Membiarkan lidah sowon menggelitik langit langit mulutnya.
"Eunghh" lengus eunha tatkala tangan sowon mengusap benda sintal yang membebani paha sowon. Cukup. Sowon segera melepaskan ciuman itu. Sebelum ia semakin jauh bertindak di luar akal sehatnya. Sementara itu eunha segera berdiri. Menatap tajam mata sowon.
"Maafkan aku eunha. Aku tak bermaks.." belum juga selesai kalimat sowon, eunha berjalan cepat meninggalkan sowon keluar dari kamarnya. Sowon hanya mampu memandang punggung eunha yang telah menghilang dari pandang matanya. Ia merutuk kebodohan nya sendiri. Bisa bisa nya ia nekat berciuman dengan eunha. Tapi.. bukan nya eunha bisa memarahinya atau menghajarnya karena itu? Nyatanya eunha malah membalas ciuman itu.
Sementara eunha sibuk memegangi bibirnya sendiri. Dibibirnya sekarang sudah terkontaminasi bibir sowon. Ia merutuk kenapa malah menikmati ciuman itu. Bahkan ia merasa jantungnya terus berdetak cepat akibat ciuman itu. Sialnya, eunha menekuk lengkungan keatas pada bibirnya membentuk sebuah senyuman. Tak lama ia menggeleng cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giraffes Meet Bunny {END}
Fanfic"Saat si kelinci itu tersenyum, aku rasa dunia seperti berhenti berputar, dan juga seperti ada kupu kupu yang berterbangan didalam perutku. Sungguh. Apa yang aku katakan berlebihan? Tapi memang itu lah yang aku rasakan saat bertatapan dengan nya. Wa...