Tas

134 15 7
                                    

Ini hari ketiga aku sekolah dan akhir dari MOS.

Kegiatan MOS pun berjalan dengan lancar. Terakhir pertemuan tadi kami para siswa diwajibkan membuat pesan dan kesan terhadap kakak MOS.

~~~

Pulang sekolah. . . .

Saat sekolah sudah sepi. Aku masi berada dikelas. Entahla rasa malas untuk beranjak dari sini. Dalam renungan aku tersadar bahwa tasku tidak ada dilaci meja. Aku berjalan dengan gelisah memeriksa semua laci meja yang ada dikelas. Hasilnya Nihil. Tasku hilang. Tanpa sadar setetes air bening membasahi pipiku.

Kreeeek. Suara pintu terdengar, aku menoleh kearah suara tersebut. "Kak Rizal kan?? Itu beneran Kak Rizal?" tanyaku dalam hati.

Kak Rizal berjalan mendekatiku."Kamu kenapa belum pulang?"

Aku menggeleng dan menyeka air mataku dengan kasar."Tasku tadi pagi aku letakkan dilaci mejaku. Tapi sekarang ga ada. Tasku hilang."

Rizal mengerutkan dahinya."Lah kok bisa hilang?"

Aku Menggeleng.

"Ada barang berharga gak ditas kamu?"

"Ga ada si kak. Tapi kan buku-buku ku semua ada di tas."

Kak Rizal mengulum bibir atasnya."Yaudah deh ayo ikut aku."

"E-eh. Mau kemana kak?" Tanyaku heran.

Kak Rizal memegang lenganku dan menarikku."Udah ikut aja."

Aku berjalan dan mengikutinya dari belakang. Aku memandangi tangannya yang menggenggam lenganku. Hangat!! Sangat hangat sentuhannya. Tanpa refleks senyum terukir diwajahku. Entah perasaan apa yang kurasakan sekarang. Aku nyaman berada didekatnya. Tiba-tiba Kak Rizal berhenti. Dan tanpa sengaja aku menabrak punggungnya karena tidak memberhentikan langkahku akibat menghayal.

Dia berbalik. Dan melihatku dengan lekat-lekat.

"Tunggu disini. Jangan kemana-mana. Aku mau ngambil sepeda motorku dulu."

Dengan cepat aku mengangguk. Mengiyakan perkataannya barusan.

Aku memandangi punggungnya uang lama kelamaan menghilang. Aku tersenyum kembali sambil memengang lenganku yang di pegangnya tadi.

Selang 5 menit. Kak Rizal menghampiriku dengan sepeda motor matic nya. "Ayo naik."

Aku mengerutkan keningku."Mau kemana sih kak?"

Dia berdecak kesal."Udah naik aja."

Aku mengangguk dan memakai helm yang diberikan kak Rizal. Selama perjalan kami tidak membicaran apapun. Hanya keheningan yang terjadi.

15 menit kemudian kami berhenti di sebuah toko perlengkapan sekolah.

"Ayo turun. Mau duduk dimotor terus?". Tanya Rizal dengan ketus.

Dengan cepat aku turun dari sepeda motornya. Aku memanyunkan bibirku." Kakak mau beli apa disini?"

Kal Rizal memutar kedua bola matanya." Kamu ga liat nih toko, toko peralatan sekolah. Ya mau beli peralatan sekolah lah."

Aku hanya mengangguk pasrah dan mengikutinya masuk kedalam toko.

Kak Rizal membalikkan tubuhnya mengahapku. "Kamu pilih salah satu tas. Aku yang bayarin."

"Kenapa?" tanyaku

"Aku cuma kasian aja liat kamu nangis."

"Karna itu?" meminta penjelasan yang lebih akurat.

Kak Rizal mengangguk.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya. Harus butuh kesabaran dengan sikapnya yang cuek nya.

Kaulah PilihankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang