BAGIAN 25. DIAM SERIBU BAHASA

3.1K 66 2
                                    

Aksi diam seribu bahasa! Ya itulah yang dilakukan oleh Arjuna dan Drupadi setelah peristiwa terpergoknya Arjuna di dalam kamar Drupadi. Yudhistira memang melilhat dengan mata kepala sendiri keberadaan Arjuna di dalam kamar, tetapi tetaplah ada satu orang lagi yang menjadi saksi kunci, yaitu Dhaima, sang pengasuh Drupadi.

Dhaima pun ternyata melakukan aksi yang kurang lebih sama, yaitu hanya mengatakan bahwa Arjuna memasuki kamar Drupadi lalu dia tidak tahu apa yang mereka lakukan karena dia kembali ke kamarnya sendiri, lalu mendengar Prabu Yudhistira datang dan dia pun membukakan pintu. Selebihnya tidak ada informasi penting yang bisa dikorek lagi dari Dhaima selain tangisan dan gelengan.

Yudhistira memang sangat terpukul dengan peristiwa ini, tetapi dia tahu dia harus tetap bersabar sampai segalanya menjadi jelas. Peristiwa ini pun akhirnya hanya diketahui dan dibicarakan antar Pandawa saja. Bima, Nakula dan Sadewa pun sangat terkejut begitu mendengar pelanggaran yang dilakukan Arjuna. Bukankah mereka berlima sudah bersumpah bahwa tidak ada yang boleh memasuki kamar Drupadi selain salah satu Pandawa yang sedang menjadi suaminya? Dan hukumannya pun sangat berat yaitu harus diusir ke hutan hingga bertahun-tahun!

Bima pun mulai kehilangan kesabaran dan menghardik Arjuna, "Apa yang kau lakukan, Arjuna? Apakah kau tidak berpikir dengan akal sehat? Dan kau simpan dimana rasa hormatmu pada kakak Yudhistira?"

Arjuna hanya diam seribu bahasa.

"Jangan diam saja! Bicaralah kalau tidak kuhajar kau, Arjuna!" bentak Bima kalap.

Arjuna hanya menunduk, tidak bermaksud melawan kakaknya yang sedang marah itu.

"Kau ..." geram Bima bersiap.

"Hentikan, Bima!" seru Yudhistira yang tidak ingin terjadi keributan. Nakula dan Sadewa pun segera menahan dan memisahkan Bima dan Arjuna.

Yudhistira mendekati Arjuna, lalu bertanya, "Apa yang kalian, kau dan Drupadi sembunyikan, adik?"

Arjuna hanya menggeleng.

"Kau menyadari kesalahanmu, adik?" tanya Yudhistira.

Arjuna mengangguk.

"Kau juga menyadari konsekuensi dan hukumannya, bukan?"

Arjuna kembali mengangguk.

"Itukah yang memang kau inginkan?"

Arjuna pun terdiam sejenak, lalu menjawab, "Aku siap dihukum terusir dari sini..."

Keempat saudaranya pun terhenyak.

"Kau memang gila, Arjuna!" ujar Bima. "Kau akan meninggalkan kami, saudara-saudaramu, serta semua kewajibanmu pada pada kerajaan yang kita bangun bersama-sama ini?"

Yudhistira termenung sejenak, mencoba menelaah misteri di balik peristiwa ini, namun memang kuncinya ada di para pelakunya, Arjuna dan Drupadi.

"Baiklah, Arjuna. Kau mungkin sudah siap tapi keputusan ada di tangan kami, saudara-saudara mu," ucap Yudhistira. "Aku sudah mencoba berbicara dengan Drupadi tetapi dia pun sama denganmu, hanya diam seribu bahasa. Jadi kurasa kami berempat akan membutuhkan waktu untuk merundingkan masalah ini."

Arjuna hanya mengangguk.

"Namun alangkah lebih baik bila kau dan Drupadi mau berbicara sejujur-jujurnya kepada kami. Bukankah kita ini keluarga, adik?" bujuk Yudhistira lagi sambil menatap mata Arjuna.

Arjuna balas menatap mata kakaknya, mata yang selalu penuh kesabaran dan ketenangan walau tersakiti serta menderita seberat apa pun. Kegoyahan sempat melanda hati Arjuna, namun segera dipalingkan mukanya dari Yudhistira. Melihat perilaku Arjuna, justru Bima yang kembali kehilangan kesabaran.

MAHACINTABRATA 4: ARJUNA MASIH MENCARI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang