Ilustrasi: Arjuna, ketika bertapa menjadi Ciptoning Mintaraga di Gunung Indrakila (karya Herjaka HS)
"Arjuna!"
Para saudara-saudaranya, Pandawa pun segera menghampiri ksatria yang menjadi pahlawan kemenangan rombongan Indraprasta dari serangan pasukan Hastina itu. Mereka tentunya segera mengenali Arjuna dari gerak-gerik dan jurus yang digunakannya saat tadi berperang. Bima yang paling pertama tiba di hadapan Arjuna dan segera dipeluknya adik kesayangannya itu dengan penuh semangat.
"Kemana saja kau, Arjuna!"
"Hemfffttt... jangan terlalu kencang, kakak! Hefffttt.... Aku tak bisa bernafas!" sahut Arjuna sambil membalas pelukan kakaknya itu dengan hangat. Nakula dan Sadewa pun segera menghampiri Arjuna dan saling berpelukan sekaligus melepas kerinduan.
"Ayo Arjuna, kita temui Kanda Yudhistira!"
Akhirnya kelima Pandawa pun kembali berkumpul, Yudhistira pun ikut merayakan dan melepaskan kerinduan pada saudara tengah mereka yang telah bertahun-tahun menghilang itu. Persoalan yang dulu pun dilupakan dan dirasa tidak perlu diungkit-ungkit lagi, mengingat kini mereka harus menyiapkan acara penting yang sudah di depan mata, yaitu proses lamaran dan dilanjutkan pernikahan Arjuna dengan Subadra.
Arjuna mencegat rombongan Indraprasta di jalan, setelah kembali dari kahyangan. Arjuna berhasil meminta pohon Dewandaru, gamelan lokananta dan bidadari pengiring mempelai dari Batara Narada. Sedangkan rombongan Indraprasta sesuai petunjuk surat Sri Kresna telah menyiapkan kereta emas dan kerbau danu. Sehingga sudah lengkaplah persyaratan untuk melamar Dewi Subadra, dan rombongan Indraprasta pun melanjutkan perjalanan dengan gembira menuju Dwaraka. Perjalanan yang cukup jauh membuat rombongan kadang harus berhenti di malam hari dan menggelar tenda peristirahatan.
Kemudian pada malam hari itu...
"Adik Arjuna..."
Arjuna menoleh ke arah pintu tenda peristirahatan miliknya, lalu segera menyambut ketiga tamu yang datang.
"Oh Kanda Yudhistira, Ratu Drupadi dan Drestajumena, silakan masuk."
Dewi Drupadi dan saudara kembarnya, Drestajumena tentunya memang sejak awal ikut bersama Pandawa dan rombongan Indraprasta. Ketiganya pun memasuki tenda, lalu Arjuna lebih dahulu berbicara.
"Kanda Yudhistira, izinkan aku sekali lagi mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan pertolongan kanda untukku guna melamar Dewi Subadra. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan dan kemurahan hati kanda ini, tetapi aku berjanji akan selalu mengabdi kepada kanda dan tumpah darah Indraprasta. Juga..."
"Ehem..." Drupadi berdehem, yang berhasil menghentikan Arjuna. Drupadi lalu melirik suaminya, Yudhistira yang balas melirik sambil tersenyum.
"Ah iya, sudahlah Arjuna jangan terus-menerus berterima kasih. Kita semua adalah keluarga, sudah sepatutnya keluarga saling membantu dan menolong. Apalagi semua usaha ini akan membuat kita memiliki keluarga baru kelak, tentunya akan membuat keluarga kita semakin besar dan semakin banyak yang bisa saling membantu dan menolong, bukan?" sahut Yudhistira. "Kau adalah adikku, Arjuna. Aku akan sangat berbahagia bila kelak kau bersanding dengan Dewi Subadra, kau sangat pantas untuknya, begitu juga dirinya sangat pantas untukmu, Arjuna."
"Tidak... ehm... belum pantas," sela Drupadi sambil tersenyum.
"Ah istriku ada benarnya juga. Rasanya setelah segala usaha dan persiapan yang luar biasa ini, tetap saja masih ada yang kurang, Arjuna..." ucap Yudhistira.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHACINTABRATA 4: ARJUNA MASIH MENCARI CINTA
Fiction HistoriquePandawa telah menemukan cinta namun mereka harus membaginya berlima, sesuai dengan sabda ibu mereka, Dewi Kunti dan petunjuk dari kakek mereka, Begawan Abiyasa yang mengatur bahwa setahun sekali Drupadi harus bergilir suami dan dianugrahi kembali ke...