Komentar kalian tentang bos Erwin wkwk...
Malang sekali hidup Zahra. Setelah orang tuanya meninggal, sang paman tega membuangnya ke panti asuhan.
Sejak kecil dia dipaksa asing dengan segala kemewahan yang ia miliki.
Sang paman tega melakukan itu untuk menguasai seluruh h4rta yang dimiliki keluarga Zahra.
Bocah malang itu harus disingkirkan dari kemewahan yang ia miliki. Meskipun sejatinya ia tidak butuh kemewahan, karena yang ia butuhkan hanyalah kasih sayang.
Diusianya yang belum genap 6 tahun, Zahra harus beradaptasi tinggal di lingkungan baru, bersama anak-anak yang senasib dengan dirinya. Tidak punya ayah dan ibu.
Satu minggu berada di sana, Zahra menghabiskan hari-harinya dengan tangisan. Minggu berikutnya dia mulai terbiasa. Mendengarkan celotehan bocah yang lebih kecil darinya, mengantri ketika mengambil makanan, berbagi mainan dengan teman-teman sebaya, dan tertawa senang jika ada donatur yang datang membawa banyak makanan dan mainan.
Zahra mulai berpikir bahwa hidup di panti jauh lebih menyenangkan daripada harus hidup dengan keluarga sang paman yang sering bertindak kasar kepadanya.
Gadis kecil itu sampai hafal dengan salah satu donatur yang sering datang berkunjung. Namanya Erwin Zamzami, biasa dipanggil Om Erwin oleh anak-anak.
Pria tampan itu memperlakukan Zahra lebih spesial dari anak-anak yang lain. Erwin suka dengan iris mata Zahra yang berkilau seperti berlian. Dengan rambut halus yang sering dikuncir ekor kuda. Bibir mungilnya sering mengerucut ketika Erwin mulai menggodanya.
"Om gemes banget sama kamu. Rasanya pengen Om jadiin gantungan kunci deh," ledeknya sambil tertawa.
Zahra mengerucutkan bibir, membuat Erwin mengacak-ngacak rambutnya gemas.
"Om Erwin nyebelin, deh!" sungutnya dengan suara cadel.
"Tapi om ganteng kan?" Erwin menaik-turunkan alisnya.
"Lebih gantengan Yongki," jawab Zahra polos.
"Siapa Yongki?"
"Kucingnya si Mira."
Erwin menepuk jidat. Kemudian tertawa gemas.
"Kapan-kapan kalau Om datang ke sini lagi kamu mau dibawain apa?" tanya Erwin.
Zahra menatap wajahnya dengan sorot sendu. Membuat Erwin menaikkan sebelah alis.
Gadis itu malah menunduk, dengan wajah sedih.
"Hey Zahra, kamu mau minta apa?" tanya Erwin lembut, sambil memegang bahu rapuh itu.
"Zahra cuma minta dipeluk," lirih gadis itu dengan suarat berat.
"Yaudah sini Om, peluk."
Zahra langsung menggelengkan kepalanya. "Bukan dipeluk sama Om."
"Lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SELIR CEO
Romance"Pak, saya kebelet!" "Kebelet buang air?" "Kebelet pengen dinikahin sama bapak." Perjuangan Zahra meluluhkan hati bosnya yang sedikit somplak. Demi membuktikan pada keluarganya bahwa dia bisa menjadi kaya raya meskipun cuma lulusan SMA. Namun, apaka...